Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Adhe, Mantan Napi yang Ubah Stigma Negatif dengan Keindahan Lampion Paralon

Kompas.com - 03/11/2019, 07:05 WIB
Agie Permadi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Tampak mesin tersebut mengikis tipis kulit pipa. Serpihan kikisan itu pun berterbangan, menempel di tangan dan bajunya.

Tak butuh waktu lama bagi Adhe untuk menggambar motif, jari jemarinya seperti telah lihai memproyeksikan gambar dibenaknya. Motif pun selesai tergambar di atas pipa.

Dia kemudian melanjutkan membuat dasar agar lampion bisa berdiri, lalu ditempelkannya dudukan lampu, dan lampion pipa pun tercipta.

Bentukan unik itu semakin menarik dengan lampu warna warni yang terpasang di dalamnya. Memperkuat motif garis yang dibentuk dengan mesin gerindra tersebut.

Adhe mengaku tak ingin mewarnai pipa itu, karena hanya akan meresap cahaya lampu. Ia pun membiarkan warna alami pipa karena cahaya, bentukan, dan garis motif itu lah yang membuat karyanya menarik.

"Saya melakukan ini karena dipandang sebelah mata. Saya sempet lamar kerja tapi tak diterima mereka ketakutan dengan latar belakang saya. Kecurigaan dan penolakan itu memicu saya untuk semangat berkarya," kata Adhe.

Nampaknya, video yang disajikan di media daring sedikitnya berkontribusi bagi Adhe karena telah memberikan banyak inspirasi.

Ketika ia menyaksikan sesuatu yang menarik dan unik, Adhe kerap menguliknya sampai bisa dan berhasil menciptakan karyanya sendiri.

"Lihat di YouTube. Awalnya spekulasi, meski belum bisa tapi saya punya dasar melukis dan mematung," kata di.

Mata Pencaharian.

Karya yang ia beri nama "Lampion Paralon" itu pun akhirnya menjadi salah satu mata pencahariannya.

Adhe menjual karyanya itu dengan harga yang variatif, mulai dari Rp 50.000 hingga ratusan ribu, tergantung dari besaran dan motif pesanan.

Biasanya tetangga atau mereka yang tertarik bisa datang langsung memesan ke rumahnya atau via telepon.

Baca juga: Kisah Julius, Remaja 13 Tahun Lumpuh Sejak Lahir, Andalkan Mama yang Kerja Serabutan

Hanya saja, bisnis lampionnya itu belum berkembang begitu pesat. Sejauh ini Adhe hanya memasarkannya dari mulut ke mulut.

Pembeli sendiri belum begitu banyak, ia hanya bisa membuat lampion paralon ketika ada pesanan saja.

Pernah suatu ketika ia menjual produknya itu di pinggiran jalan, tapi hanya sedikit yang terjual.

Uang hasil penjualan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Ya untuk biaya sehari-hari lumayan lah, kan dibantu dengan kerja serabutan seperti ikut proyekan bikin relik taman, tapi itu juga gak setiap hari biasanya bulanan. Alhamdulilah kadang juga dibantu warung istri," ujar dia.

Modal memang menjadi kendala dalam mengembangkan produk lampion paralonnya itu.

Pasalnya, selama ini Adhe membuat lampion paralon dari limbah tak terpakai yang diambil di tempat sampah atau pun dibeli dari tukang loak.

"Itu pun kalau (limbah pipa) ada, kan tidak setiap hari ada. Jadi kalau ada saja, karena kalau beli yang baru cukup mahal juga," ucap Adhe.

Merangkul mantan napi

Dalam sehari, Adhe mampu memproduksi tiga produk lampion paralon dengan motif yang berbeda.

Ketika ada banyak pesanan, ia kadang mengajak rekan senasib untuk membantunya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com