Konsep pertanian yang diterapkan bernama agroforestri, menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian.
Kini pohon yang ia tanam pada 1986 silam sudah tinggi menjulang membentuk hutan dalam kota.
Awalnya, ia menanami komoditas pertanian seperti lombok, sayuran juga buah-buahan. Tahun 1986 ia mulai tanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat.
Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon. Kini hutan ini memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.
Kakek dua anak ini menginjak tanah Kalimantan Timur pertama kali pada 1971.
Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu. Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.
"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.
Diusir
Suhendri mengatakan, pengalamannya sebagai petani saat itu pernah diusir pemilik lahan. Diminta tak lagi menggarap lahan karena kesuksesannya membangun pertanian.
“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir. Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.