Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lestarikan Budaya Sunda, Pasangan Ini Menikah dengan Maskawin Padi

Kompas.com - 02/11/2019, 06:00 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SUBANG, KOMPAS.com - Maskawin berupa seperangkat alat shalat atau perhiasan sudah biasa dalam sebuah pernikahan.

Tapi, maskawin yang dihadirkan dalam prosesi pernikahan Siti Wulan Rosdiani Nurfalah dan Bambang Haryanto di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jumat (1/11/2019), terbilang unik.

Dalam akad nikah tersebut, mempelai pria mempersembahkan 99 kampil (kantung) padi untuk mempelai perempuan.

Mempelai wanita tersebut adalah keponakan anggota DPR RI Dedi Mulyadi.

Baca juga: Kakak Adik Ini Kompak Nikah Bareng, Maskawin Sama hingga Resepsi 17 Agustus

 

Mantan bupati Purwakarta dua periode ini sosok yang memberikan ide kepada Wulan dan Bambang agar maskawin yang dipersembahkan berupa padi.

"Maskawin pare (padi) maksudnya supaya yang kawin beranak pinak. Kalau emas kan enggak bisa beranak cucu," kata Dedi saat ditemui seusai akad nikah.

Selain maskawin padi, dalam pernikahan Siti Wulan Rosdiani Nurfalah dan Bambang Haryanto, cinderamata yang diberikan kepada tamu undangan juga unik, berupa benih tanaman pertanian dengan harapan sepulang dari resepsi, para tamu bisa langsung bercocok tanam di rumah.

Tidak sampai di situ saja, budaya sunda tradisional cukup kental pada dekorasi dan makanan yang disajikan untuk para tamu.

Misalnya, tempat minum untuk para tamu adalah berupa teh yang disajikan dalam teko dengan cangkir kaleng khas Sunda. 

Para tamu undangan pun makan duduk di kursi dengan meja yang terbuat dari bahan bambu. Di beberapa tempat terdapat hiasan berupa puluhan ikat padi yang digantun di atas bambu.

Teko dan mug khas sunda di atas kursi serta meja berbahan bambu untuk tamu undangan pernikahan Wulan dan Bambang di Subang, Jumat (1/11/2019).PUTRA PRIMA PERDANA Teko dan mug khas sunda di atas kursi serta meja berbahan bambu untuk tamu undangan pernikahan Wulan dan Bambang di Subang, Jumat (1/11/2019).
Makanan untuk tamu undangan juga sebagian besar khas Sunda. Misalnya, untuk makanan penutup disediakan sorabi. Lalu menu utamanya adalah sate Maranggi. 

Budaya sunda

Dedi menjelaskan, kentalnya budaya sunda yang tersaji dalam pernikahan keponakannya merupakan sebuah perwujudan budaya asli Indonesia yang terbilang murni, tidak terkena budaya barat ataupun Arab yang saat ini sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.

"Hari ini ada kesadaran untuk kembali ke budaya kita. Makanya saya memberikan sintesa budaya sunda kepada pengantin," kata Dedi.

"Hari ini kita digempur oleh budaya Arab, tapi kita juga mengadaptasi budaya barat. Kalau ada yang bilang dirinya nasionalis, ternyata gayanya kapitalis kebarat-baratan. Saat ini yang bertarung sebenarnya adalah budaya barat melawan budaya arab," lanjut dia.

Baca juga: 6 Fakta Pernikahan dengan Maskawin 3 Butir Telur Ayam, Diolok-olok Tetangga, hingga Ingin Punya Banyak Anak

Dedi menambahkan, ketika budaya Arab dan barat berebut tempat dalam sendi kehidupan masyarakat, maka budaya asli Indonesia justru tergerus.

"Problem Indonesia dari dulu, sejak lama kita meninggalkan diri kita sendiri. Padahal kalau dari dulu kita menekuni, melakoni, dan menggunakan nilai peradaban kita, tidak akan ada berbagai problem di masyarakat," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com