Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama 30 Tahun, Bapak dan 2 Anaknya Pilih Jadi Pembongkar Makam, Ini Alasannya...

Kompas.com - 30/10/2019, 18:54 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Membongkar makam sudah menjadi pekerjaan sehari-hari Sutarto (58), warga Kampung Gebang, Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.

Dia mengaku telah menggeluti pekerjaan sebagai pembongkar makam tersebut sejak tahun 90-an. Tepatnya setelah dirinya keluar dari pabrik pembuatan kerupuk di Solo.

Sutarto kemudian ditawari kedua anaknya, Eko Wibowo dan Dwi Wasis Setiawan yang telah lebih dahulu bekerja sebagai pembongkar makam untuk ikut bergabung.

Baca juga: Longsor di Areal Kuburan Desa, Tengkorak dan Tulang Belulang Ikut Hanyut, Satu Makam Amblas

Sutarto pun mengikuti tawaran kedua anaknya tersebut dan bekerja sebagai pembongkar makam hingga sekarang.

Sudah banyak makam di Solo yang dibongkar Sutarto bersama kedua anaknya. Seperti makam Bong Mojo Kacamatan Jebres, makam Laweyan dan lainnya.

"Kedua anak saya sudah lama ikut kerja bongkar makam. Kalau saya dulunya kerja di pabrik. Karena bangkrut saya keluar terus diajak anak saya ikut bongkar makam," kata Sutarto kepada Kompas.com di sela membongkar makam keturunan warga Thionghoa di Bong Mojo Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah, Rabu (30/10/2019).

Meski terlihat sepele, kata Sutarto, pekerjaan membongkar makam membutuhkan keahlian khusus.

Sebab, tidak semua orang berani dan mau bekerja sebagai pembongkar makam.

"Kalau tidak kuat mental orang itu akan takut melihat kerangka manusia. Harus kuat mental dulu sama berani kalau mau kerja jadi pembongkar makam," ungkap Sutarto.

Selama bekerja menjadi pembongkar makam Sutarto belum pernah mengalami kejadian aneh.

Dia mengaku, sebelum memulai membongkar maka selalu mengawalinya dengan berdoa.

Begitu pun setelah selesai membongkar makam, Sutarto selalu memanjatkan doa.

Kebiasaan ini selalu diterapkan Sutarto setiap ada tawaran untuk membongkar makam.

"Saya biasakan sebelum dan sesudah membongkar makam berdoa. Biar apa yang saya lakukan ini diberikan kemudahan dan kelancaran," ujar dia.

Baca juga: Makam Kiai Abdul Wahib, Jejak Keluarga Gus Dur di Salatiga

Disinggung berapa penghasilan yang diterima dari hasil membongkar makam, Sutarto enggan menyebutkan.

Bagi Sutarto, penghasilan itu cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Anak Sutarto, Eko mengatakan, sudah lama bekerja sebagai pembongkar makam. Jauh sebelum ayahnya ikut bergabung, dirinya sudah lebih dahulu bekerja membongkar makam bersama adiknya Wasis.

Eko kemudian mengajak ayahnya yang keluar dari pabrik pembuatan kerupuk untuk ikut bersama bekerja sebagai pembongkar makam.

Banyak pengalaman ditemukan selama bekerja sebagai pembongkar makam.

"Pernah saat bongkar makam ditemukan seperti baju kondisinya masih utuh dan barang lainnya," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com