Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Warga di Belu, Berburu Air untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 30/10/2019, 15:52 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

ATAMBUA, KOMPAS.com - Matahari belum bersinar saat Vinsensius Manek (47) bangun dari tidur.

Dia bergegas ke bagian dapur untuk mengambil empat jeriken putih berkapasitas 5 liter dan 2 ember warna putih berkapasitas 26 liter.

Vinsensius tergesa-gesa untuk segera keluar dari rumah menuju sumber air, yang jaraknya sekitar 2 kilometer.

Mengenakan baju kuning dan celana panjang abu-abu tanpa alas kaki, Vinsensius mulai berjalan kaki menyusuri jalan setapak di Dusun Fatubesi A, Desa Fohoeka, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dia berjalan kaki melewati jalan setapak yang melingkar di punggung bukit, sebelum tiba di sumber air yang terletak di lembah.

Vinsensius harus bergerak cepat agar tidak didahului warga lain.

Maklum, sumber air yang oleh masyarakat setempat disebut Mata Air Tutalui Isat itu memiliki debit air yang terbatas.

Tidak mudah bagi Vinsensius untuk menjangkau lokasi sumber air.

Kondisi perbukitan dan jurang terjal serta batu cadas harus dilalui ayah empat anak dan suami dari Florentina Bete ini.

Namun, demi mendapatkan air, Vinsensius harus berjuang sekuat tenaga untuk memperolehnya.

Setelah sampai di sumber air, sang surya mulai muncul di ufuk timur. Baru dua warga yang berada di lokasi.

Mereka sama-sama mengisi jeriken dan ember hingga penuh.

"Saya harus datang lebih awal. Karena kalau datang terlambat, sudah pasti banyak masyarakat yang timba air. Tentu airnya akan berkurang dan kotor," kata Vinsensius kepada Kompas.com, Minggu (27/10/2019).

Baca juga: Kisah Bripka Ralon Manurung Bangun Sekolah di Dusun Terpencil di Riau: Rela Jual Perhiasan Istri

Berhemat

Seusai mengisi air, Vinsensius lalu kembali ke rumah berjalan kaki menanjak dengan beban air di bahu.

Vinsensius menggunakan sebilah kayu berukuran sedang yang digunakan untuk memikul ember dan jeriken.

Tiba di rumah, air yang diperolehnya itu digunakan untuk keperluan memasak nasi dan masak air minum.

Air juga digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian.

Mereka pun terpaksa menggunakan air seirit mungkin agar tidak cepat habis.

Vinsensius mengatakan, sehari dia tiga kali bolak-balik dari rumah ke sumber air hanya sekadar mengambil air.

Tetapi pada siang dan sore hari, Vinsensius yang berprofesi sebagai petani lahan kering itu  dibantu oleh istri dan anak-anaknya.

Rutinitas itu dilakukan Vinsensius bersama warga lain karena di kampung mereka tidak ada sumber air.

Jika pada musim hujan, debit air di sumber air akan banyak, bahkan surplus.

Tetapi, kondisi jalan menuju sumber air akan berlumpur sehingga menyulitkan Vinsensius dan warga untuk berjalan kaki.

Kondisi sebaliknya pada musim kemarau yang berkepanjangan, debit air pun menjadi terbatas.

Harapan Vinsensius bersama warga untuk lebih mudah mendapatkan air akhirnya terwujud.

Para personel TNI membangun bak penampung air serta pemasangan jaringan pipa sepanjang 2 kilometer.

Semua itu dilakukan dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 di wilayah Kodim 1605 Belu.

"Terima kasih banyak kepada pihak TNI. Akhirnya sumber air su (sudah) dekat," ujar Vinsensius sambil meneteskan air matanya.

Pembangunan tempat penampungan air hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah Vinsensius dan warga lain.

Kini, Vinsensius dan warga lain tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan air demi kebutuhan hidup sehari-hari.

Vinsensius mengaku bangga dan terharu dengan kepedulian TNI kepada warga Desa Fohoeka.

"Kami sekarang timba air hanya beberapa meter dari rumah kami. Kami merasa puas dengan bantuan ini," ujar Vinsensius.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peringatan Hari Uang dan Kisah di Baliknya

Kepala Desa Fohoeka Agustinus Berek mengatakan, wilayahnya yang hanya berjarak 4 kilometer dari titik perbatasan Indonesia dan Timor Leste, memang selama ini kesulitan air.

Agustinus juga mengapresiasi dan berterima kasih atas bantuan jalan dan air dari TNI Angkatan Darat

"Kegiatan TMMD ini sangat membantu masyarakat dan pembangunan di desa kami, karena tepat sasaran yakni air dan jalan," ujar Agustinus.

Bupati Belu Wilibrodus Lay menyebut, kegiatan TMMD ini sangat membantu mengatasi sejumlah persoalan yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat Desa Fohoeka, khususnya air.

Menurut Wilibrodus, kegiatan TMMD ini jelas telah membantu pemerintah daerah untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya di perbatasan Indonesia-Timor Leste.

"Atas nama pemerintah dari rakyat Belu, saya menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya bagi TNI yang telah memberi perhatian yang lebih bagi masyarakat kami," ujar Wilibrodus.

Sementara itu, Komandan Satgas TMMD ke-106 yang juga adalah Dandim 1605 Belu, Letkol Infanteri Ari Dwi Nugroho mengatakan, program itu dilaksanakan di Desa Fohoeka, karena wilayah itu berbatasan dengan Timor Leste.

Program utama dalam TMMD kali ini terdiri dari fisik dan non fisik.

Untuk kegiatan fisik, yakni pembuatan bak air serta pipanisasi sejauh 2 kilometer dan pembukaan jalan baru sepanjang 2.230 meter.

Untuk bak induk, dibangun sebanyak dua unit dengan ukuran 3x3 meter dan tujuh unit bak kranteguh.

Tujuh unit kranteguh dipasang di tujuh titik di sepanjang Desa Fokoeka.

Ari menjelaskan, air yang diambil dari sumber air, kemudian ditampung di dua bak induk. Setelah itu, disalurkan dan dialirkan ke tujuh bak kranteguh yang terpasang di tujuh titik.

"Pompa air menggunakan tenaga surya, sesuai dengan kriteria di NTT yang mempunyai waktu kemarau lebih lama dari penghujan. Teknologi tenaga surya ini hemat biaya," ujar Ari.

Sedangkan, kegiatan non fisik, di antaranya penyuluhan bela negara, penyuluhan wawasan kebangsaan, penyuluhan pertanian, penyuluhan kamtibmas, dan penyuluhan peternakan.

Kemudian, penyuluhan narkoba, penyuluhan kehutanan oleh Badan Lingkungan Hidup, penyuluhan HIV/AIDS, penyuluhan BPJS, penyuluhan imigrasi, penyuluhan penanggulangan radikalisme dan pencegahan teroris.

"Kami akan selalu ada bersama masyarakat dan siap membantu masyarakat," kata Ari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com