Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Warga di Belu, Berburu Air untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 30/10/2019, 15:52 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Kini, Vinsensius dan warga lain tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan air demi kebutuhan hidup sehari-hari.

Vinsensius mengaku bangga dan terharu dengan kepedulian TNI kepada warga Desa Fohoeka.

"Kami sekarang timba air hanya beberapa meter dari rumah kami. Kami merasa puas dengan bantuan ini," ujar Vinsensius.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peringatan Hari Uang dan Kisah di Baliknya

Kepala Desa Fohoeka Agustinus Berek mengatakan, wilayahnya yang hanya berjarak 4 kilometer dari titik perbatasan Indonesia dan Timor Leste, memang selama ini kesulitan air.

Agustinus juga mengapresiasi dan berterima kasih atas bantuan jalan dan air dari TNI Angkatan Darat

"Kegiatan TMMD ini sangat membantu masyarakat dan pembangunan di desa kami, karena tepat sasaran yakni air dan jalan," ujar Agustinus.

Bupati Belu Wilibrodus Lay menyebut, kegiatan TMMD ini sangat membantu mengatasi sejumlah persoalan yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat Desa Fohoeka, khususnya air.

Menurut Wilibrodus, kegiatan TMMD ini jelas telah membantu pemerintah daerah untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya di perbatasan Indonesia-Timor Leste.

"Atas nama pemerintah dari rakyat Belu, saya menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya bagi TNI yang telah memberi perhatian yang lebih bagi masyarakat kami," ujar Wilibrodus.

Sementara itu, Komandan Satgas TMMD ke-106 yang juga adalah Dandim 1605 Belu, Letkol Infanteri Ari Dwi Nugroho mengatakan, program itu dilaksanakan di Desa Fohoeka, karena wilayah itu berbatasan dengan Timor Leste.

Program utama dalam TMMD kali ini terdiri dari fisik dan non fisik.

Untuk kegiatan fisik, yakni pembuatan bak air serta pipanisasi sejauh 2 kilometer dan pembukaan jalan baru sepanjang 2.230 meter.

Untuk bak induk, dibangun sebanyak dua unit dengan ukuran 3x3 meter dan tujuh unit bak kranteguh.

Tujuh unit kranteguh dipasang di tujuh titik di sepanjang Desa Fokoeka.

Ari menjelaskan, air yang diambil dari sumber air, kemudian ditampung di dua bak induk. Setelah itu, disalurkan dan dialirkan ke tujuh bak kranteguh yang terpasang di tujuh titik.

"Pompa air menggunakan tenaga surya, sesuai dengan kriteria di NTT yang mempunyai waktu kemarau lebih lama dari penghujan. Teknologi tenaga surya ini hemat biaya," ujar Ari.

Sedangkan, kegiatan non fisik, di antaranya penyuluhan bela negara, penyuluhan wawasan kebangsaan, penyuluhan pertanian, penyuluhan kamtibmas, dan penyuluhan peternakan.

Kemudian, penyuluhan narkoba, penyuluhan kehutanan oleh Badan Lingkungan Hidup, penyuluhan HIV/AIDS, penyuluhan BPJS, penyuluhan imigrasi, penyuluhan penanggulangan radikalisme dan pencegahan teroris.

"Kami akan selalu ada bersama masyarakat dan siap membantu masyarakat," kata Ari.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com