Vinsensius menggunakan sebilah kayu berukuran sedang yang digunakan untuk memikul ember dan jeriken.
Tiba di rumah, air yang diperolehnya itu digunakan untuk keperluan memasak nasi dan masak air minum.
Air juga digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian.
Mereka pun terpaksa menggunakan air seirit mungkin agar tidak cepat habis.
Vinsensius mengatakan, sehari dia tiga kali bolak-balik dari rumah ke sumber air hanya sekadar mengambil air.
Tetapi pada siang dan sore hari, Vinsensius yang berprofesi sebagai petani lahan kering itu dibantu oleh istri dan anak-anaknya.
Rutinitas itu dilakukan Vinsensius bersama warga lain karena di kampung mereka tidak ada sumber air.
Jika pada musim hujan, debit air di sumber air akan banyak, bahkan surplus.
Tetapi, kondisi jalan menuju sumber air akan berlumpur sehingga menyulitkan Vinsensius dan warga untuk berjalan kaki.
Kondisi sebaliknya pada musim kemarau yang berkepanjangan, debit air pun menjadi terbatas.
Harapan Vinsensius bersama warga untuk lebih mudah mendapatkan air akhirnya terwujud.
Para personel TNI membangun bak penampung air serta pemasangan jaringan pipa sepanjang 2 kilometer.
Semua itu dilakukan dalam program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-106 di wilayah Kodim 1605 Belu.
"Terima kasih banyak kepada pihak TNI. Akhirnya sumber air su (sudah) dekat," ujar Vinsensius sambil meneteskan air matanya.
Pembangunan tempat penampungan air hanya berjarak sepelemparan batu dari rumah Vinsensius dan warga lain.