Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 30/10/2019, 09:09 WIB
Editor Rachmawati

KOMPAS.com - Paidi (37), warga Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, dulu adalah seorang pemulung.

Namun, tiga tahun ini nasib Paidi berubah total. Ia sekarang menjadi seorang miliarder setelah mengembangkan porang, sejenis umbi-umbian di desanya.

Porang yang ditanam Paidi bahkan dikirim hingga keluar negeri. Paidi juga memberikan modal kepada petani di kampung halamannya yang ingin mengembangkan porang.

Baca juga: Warganya Jadi Miliarder Berkat Porang, Desa Ini Dirikan Pusat Studi Porang Indonesia (2)

Saat ini, di Desa Kepel sudah ada 15 petani yang berangkat umrah setelah mendapat bantuan 30 kg bibit yang bisa menghasilkan Rp 72 juta setiap panen.

Paidi menejelaskan bahwa untuk lahan satu hektar jika ditanami porang semuanya, dalam kurun dua musim atau sekitar dua tahun, ia bisa mendapatkan uang Rp 800 juta.

Omzet Rp 800 juta, bila dikurangi dengan biaya pengadaan bibit, pupuk, hingga pengolahan lahan sekitar Rp 100 juta, laba bersih mencapai Rp 700 juta.

Fantastis bukan?

 

Mengenal tanaman porang

Bupati Madiun, Ahmad Dawami menunjukkan umbi porang yang menjadi andalan petani Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Dari bertanam porang, satu hektar warga bisa meraih Rp 110 juta.KOMPAS.com/Dokumentasi Humas Pemkab Madiun Bupati Madiun, Ahmad Dawami menunjukkan umbi porang yang menjadi andalan petani Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Dari bertanam porang, satu hektar warga bisa meraih Rp 110 juta.
Porang adalah jenis umbi-umbian yang bentuknya tidak beraturan dan membuat gatal yang menyentuhnya.

Paidi mengatakan bahwa umbi porang bisa digunakan untuk bahan makanan dan kosmetik.

Selama ini, menurut Paidi, tanaman porang rata-rata tumbuh di bawah naungan pohon lain. Hal itu yang membuat masa tanam porang menjadi lebih lama hingga tiga tahun.

Ia kemudian mengubah pola tanam konvensional dengan membuat revolusi tanam baru.

Baca juga: Paidi, Pemulung Beromzet Miliaran berkat Porang, Kini Didatangi Banyak Orang yang Ingin Belajar (1)

Dengan pola tanam baru, ia bisa memanen 70 ton porang di lahan satu hektar. Padahal sebelumnya, satu hektar hanya menghasilkan sembilan ton.

Selain itu, masa panen porang yang awalnya tiga tahun dipangkas menjadi enam bulan.

Sementara itu, Juanda, Ketua Tim Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat, IPB, di Bogor, Kamis (15/8/2013), mengatakan bahwa permintaan pasar terhadap umbi porang cukup tinggi.

Menurut dia, banyak negara seperti Jepang, Taiwan, dan Korea yang mengolah umbi porang menjadi sumber makanan.

Baca juga: 6 Fakta Mantan Pemulung Sukses Bisnis Porang, Omzet Miliaran Rupiah hingga Cita-cita Umrah Satu Desa

Negara-negara tersebut, lanjut dia, mengimpor umbi ini salah satunya dari Indonesia. Sayangnya, penyedia umbi porang di Indonesia masih terbatas.

Juanda mengatakan, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) memperkenalkan budidaya umbi porang sebagai potensi baru bercocok tanam bagi pemuda dan masyarakat Desa Hegarmanah, Gunung Pendidikan Gunung Walat, Jawa Barat.

 

Dijadikan chips

JEMUR--Paidi sementara menjemur porang yang diiris lalu dijual ke pabrik porang yang beroperasi di Jawa Timur.KOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI JEMUR--Paidi sementara menjemur porang yang diiris lalu dijual ke pabrik porang yang beroperasi di Jawa Timur.
Juanda mengatakan, sebelum diolah, porang dijadikan chips lalu dijadikan tepung sebelum dikirim ke luar negeri.

Menurut Juanda, peluang pasar porang sangat besar, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.

Untuk pangsa pasar dalam negeri, umbi digunakan sebagai bahan pembuat mi yang dijual di pasar swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.

Baca juga: Porang Madiun Menjadi Buruan Pengusaha Jepang dan China

Sementara itu, pangsa pasar luar negeri masih sangat terbuka, terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea, dan beberapa negara Eropa.

"Penurunan nilai ekspor komoditas porang bukan karena permintaan pasar yang menurun, tetapi keterbatasan bahan baku olahan. Selama ini pasokan hanya dipenuhi dari pedagang kecil yang mengumpulkan umbi yang tumbuh liar di hutan atau di sekitar perkebunan dan lama-kelamaan akan habis jika tidak diupayakan penanamannya," katanya.

SUMBER: KOMPAS.com (Muhlis Al Alawi | Editor : Khairina)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Regional
Kemenko Kemaritiman Apresiasi Progres PSEL Makassar, Sebut Jadi Percontohan Nasional

Kemenko Kemaritiman Apresiasi Progres PSEL Makassar, Sebut Jadi Percontohan Nasional

Regional
Raih Penghargaan PPKM Award 2023, Pemkot Makassar Buktikan Keberhasilan Program Makassar Recover

Raih Penghargaan PPKM Award 2023, Pemkot Makassar Buktikan Keberhasilan Program Makassar Recover

Regional
Raih Penghargaan pada Baznas Award 2023, Ganjar: Saya Berikan untuk Baznas Jateng

Raih Penghargaan pada Baznas Award 2023, Ganjar: Saya Berikan untuk Baznas Jateng

Regional
Bupati Maluku Barat Daya Hadiri RUPS Bank Maluku-Malut, Ini Agenda yang Dibahas

Bupati Maluku Barat Daya Hadiri RUPS Bank Maluku-Malut, Ini Agenda yang Dibahas

Regional
Menakar Vonis Hakim dalam Tragedi Kanjuruhan

Menakar Vonis Hakim dalam Tragedi Kanjuruhan

Regional
Komitmen Dukung JKN, Pemkab Maluku Barat Daya Raih UHC Award 2023

Komitmen Dukung JKN, Pemkab Maluku Barat Daya Raih UHC Award 2023

Regional
Dompet Dhuafa dan The Harvest Panen Tambak Gurame di DD Farm Indramayu

Dompet Dhuafa dan The Harvest Panen Tambak Gurame di DD Farm Indramayu

Regional
Kota Makassar Masuk Nominasi Nasional PPD 2023

Kota Makassar Masuk Nominasi Nasional PPD 2023

Regional
Bertemu Empat Mata, Bupati Tamba dan Walkot Gibran Bahas Kerja Sama Bidang Budaya dan UMKM

Bertemu Empat Mata, Bupati Tamba dan Walkot Gibran Bahas Kerja Sama Bidang Budaya dan UMKM

Regional
Menggagas Komisi Antisipasi Konflik di Maluku

Menggagas Komisi Antisipasi Konflik di Maluku

Regional
Pemprov Kaltim Raih Dua Penghargaan APBD Award, Gubernur Isran: Berkat Peran Aktif Masyarakat

Pemprov Kaltim Raih Dua Penghargaan APBD Award, Gubernur Isran: Berkat Peran Aktif Masyarakat

Regional
Ganjar Pastikan Sudah Gerak Cepat Tangani Kerusakan Jalan di Jateng

Ganjar Pastikan Sudah Gerak Cepat Tangani Kerusakan Jalan di Jateng

Regional
Rakorsus 2023, Diskominfo Paparkan 7 Inovasi dan Kontribusi untuk Resiliensi Kota Makassar

Rakorsus 2023, Diskominfo Paparkan 7 Inovasi dan Kontribusi untuk Resiliensi Kota Makassar

Regional
99,8 Persen Penduduk Jembrana Terdaftar JKN, Pemkab Jembrana Raih UHC Awards 2023

99,8 Persen Penduduk Jembrana Terdaftar JKN, Pemkab Jembrana Raih UHC Awards 2023

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke