Nashir mengungkapkan, makam Kiai Abdul Wahid masih dibiarkan seperti sedia kala.
Letaknya berada di gumuk yang asri, pohon-pohon besar seolah menanungi makam tersebut.
Baca juga: Asyiknya Tradisi Bakar Sate Massal ala Santri Tebuireng Jombang Saat Idul Adha
Selain makam Kiai Abdul Wahid, ada puluhan makam lain dalam berbagai ukuran. Uniknya, batu nisan yang dipakai adalah batu candi.
"Pernah ada peneliti yang datang untuk mengetahui lebih jauh tentang batu tersebut," paparnya. Agar peziarah tak kebingungan, dipasang penunjuk arah dan silsilah keluarga besar Gus Dur.
Saat ini, lanjutnya, keluarga besar Pondok Pesantren Tebu Ireng sering berziarah ke makam Kiai Abdul Wahid. Bahkan, mereka mendukung rencana pembangunan area makam dan Masjid Al Fudhola.
Menurut Nashir, Masjid Al Fudhola juga masih terawat keasliannya meski ada beberapa bagian yang direnovasi. Mimbar dan lantai masjid yang terbuat dari kayu, diketahui buatan tahun 1883.
Baca juga: Tahap Pertama, Pembangunan Museum Pahlawan di Salatiga Dianggarkan Rp 1,9 Miliar
Terpisah, Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan pembangunan area makam Abdul Wahid tersebut sudah mendapat restu dari keluarga besar Ponpes Tebu Ireng.
"Keluarga Ponpes Tebu Ireng yang dipimpin KH Agus Fahmi Amrullah sudah menyatakan dukungannya terhadap pembangunan area makam tanpa mengganti keaslian makam," jelasnya.
"Diharapkan nantinya makam kakek buyut Gus Dur, yakni mbah Abdul Wahid menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Salatiga," kata Yuliyanto.
Selain itu, makam para sesepuh di Salatiga juga akan direnovasi.
Baca juga: Jalan Sunyi Dragon Athletic Club Salatiga, Padepokan Pencetak Atlet Lari Berprestasi
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan