Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momok "Stunting" Jadi Isu Nasional, Emak-emak Minta "Update" Edukasi Gizi

Kompas.com - 29/10/2019, 21:06 WIB
Ahmad Faisol,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Wulan, warga Desa Sumber, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, meminta pihak terkait agar edukasi gizi bagi dirinya dan emak-emak lain dilanjutkan.

Alasannya, dirinya butuh wawasan soal gizi saat merawat bayinya yang berumur enam bulan.

"Kami ingin anak kita tumbuh sehat fisik dan jiwanya," katanya di Posyandu Dahlia Desa Sumber kepada Kompas.com, Selasa (29/10/2019).

Desa Sumber terletak di 2.500 mdpl dan bersebelahan dengan kawasan Gunung Bromo.

Baca juga: Jawa Barat Punya Strategi Jitu Atasi Stunting

Dari edukasi gizi, dirinya mengaku tahu bagaimana merawat dan mengasuh anak.

Selain menjaga pola makan dan memastikan makanan bergizi, mental dan hati anak juga harus dijaga.

"Khususnya ASI. ASI ternyata jauh lebih bagus dari susu formula. Saya baru tahu setelah diberi penyuluhan oleh kader posyandu," tambahnya.

Perhatian orangtua

Sukarti, emak muda dengan bayi dua tahun yang digendongnya, juga baru tahu bahwa anak juga butuh perhatian orangtua.

"Selama ini saya dan emak-emak lain sering membiarkan anak main sendiri," katanya kepada pihak Kemenkes RI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN).

"Ibunya ngerumpi, anaknya main sendiri. Ibunya belanja, anaknya main sendiri. Ternyata gizi buruk dan perilaku orang tua kepada anak juga menyebabkan stunting." 

GAIN merupakan NGO yang didanai Kerajaan Belanda dan bekerja sama dengan Kemenkes RI dalam mengedukasi gizi rakyat Indonesia.

Direktur GAIN Indonesia Ravi Menon mengatakan, GAIN telah mengucurkan dana Rp 1,9 miliar di Kabupaten Probolinggo selama lima tahun terakhir. 

Dana itu untuk memberikan edukasi gizi kepada masyarakat. Baik berupa peenyluhan oleh trainer maupun modul-modul gizi.

"Persoalan gizi begitu vital. Gizi yang kurang baik, bisa menyebabkan stunting. Faktor stunting adalah gizi buruk dan lingkungan di mana anak itu tinggal," katanya di Posyandu Dahlia Desa Sumber.

Baca juga: Atalia Ridwan Kamil Akui Angka Stunting di Jawa Barat Cukup Tinggi

Waspada stunting sejak awal kehamilan

Sedikitnya ada tujuh kecamatan dan 12 puskesmas yang menjadi sasaran program GAIN di Kabupaten Probolinggo.

"Bupati Probolinggo menyebut, melalui program GAIN angka stunting turun 10 persen. Ini akan dievaluasi, apakah kegiatan kami lanjut atau tidak pada masa berikutnya," ujar Ravi.

Di tempat terpisah, Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari mengungkapkan, kebanyakan perempuan sadar jika tengah hamil setelah janinnya berumur 3 bulan.

Penekanan dan pencegahan stunting dimulai sebelum ibu hamil, terutama kesadaran akan gizi.

"Di Probolinggo, penyebab stunting dari faktor SDM dan gaya hidup. Mereka tidak tahu makanan dan gizi yg baik buat tubuhnya. Akibatnya ada kasus gizi buruk," katanya.

Baca juga: Cegah Stunting, Tiga Kementerian Buat Aplikasi Berbeda  

Penyebab stunting: pola makan dan gaya hidup

Ternyata gizi buruk juga merambah kalangan masyarakat berekonomi menengah ke atas. Pola makan dan makanan yang dikonsumsi sembarangan. 

"Contohnya, anaknya dibiarkan makan nasi sama cilok. Atau makanan instan lain. Padahal gizinya tidak ada." 

Tantri-sapaan akrabnya- mengaku baru tahu apa itu stunting. Empat tahun lalu dia tak kenal stunting.

Setelah kasus stunting meledak, barulah perhatiannya lebih intens terhadap gizi masyarakat.

"Apalagi saya punya tiga anak kecil. Persoalan stunting lalu kami beri perhatian lebih di sektor kesehatan," jelasnya.

Dia berharap GAIN melanjutkan edukasinya di wilayahnya untuk memperkuat wawasan gizi masyarakat.

Baca juga: Gelar Rapat Koordinasi, Wapres Ingatkan Dahsyatnya Dampak Stunting

Angka stunting tinggi walau tingkat kemiskinan rendah

Kepala Diskominfo setempat Yulius Christian mengatakan, angka stunting di Kabupaten Probolinggo cukup tinggi.

Padahal angka kemiskinan cukup rendah. Bahkan menjadi satu dari 160 daerah yang menjadi fokus Pemerintah Pusat.

"Penanganan dan pencegahannya melibatkan 22 kementerian. Sehingga penyampaikan informasi pencegahan stunting perlu digalakkan," ujar Yulius.

Pemkab Probolinggo sendiri terus berupaya melakukan penanganan dan pencegahan stunting. Misalnya program Sertifikasi Pasangan Pra Nikah pasa 2017.

Juga ada upaya pemenuhan gizi spesifik dan gizi sensitif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan.

“Intervensi pada stunting sudah dilaksanakan oleh beberapa dinas terkait. Mulai dari ibu hamil, anak balita, anak tumbuh kembang," kata Yulius. 

"PKH atau bantuan sosial lainnya berkontribusi dalam menurunkan angka stunting. Sehingga perlu ada sosialisasi penggunaan bantuan sosial yang lebih masif kepada penerima,” tambahnya.

Baca juga: 4 Fakta Jokowi Hadiri Muktamar PKB, Teriakan Papua Damai hingga Soroti Stunting

 

Stunting jadi isu nasional

Kasubdit Informasi dan Komunikasi Sosial Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Sarjono mengungkapkan, stunting menjadi isu nasional.

Angka stunting nasional pada tahun 2013 mencapai 37 persen. Kemudian di tahun 2018 turun menjadi 30 persen Untuk penanganan dan pencegahannya, ada 20 kementerian yang terlibat.

Sedangkan di Kabupaten Probolinggo angka stunting tahun 2013 mencapai 49,9 persen. Turun sebesar 9,5 persen pada tahun 2018 menjadi 39,9 persen.

Sementara di tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2013 mencapai 35 persen dan turun pada tahun 2018 menjadi 32 persen.

“Di Kabupaten Probolinggo kami melihat bahwa stunting cukup tinggi. Cuman, saya melihat kontradiktif di sini. Di mana stunting tinggi, tapi kemiskinannya rendah. Apa faktor penyebabnya, karena itu yang kami cari,” kata Sarjono kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Sarjono mengungkapkan banyak faktor yang menyebabkan stunting. Seperti pernikahan di bawah umur, akses sanitasi, kekurangan gizi, akses kesehatan dan faktor lainnya.

Baca juga: Kasus Stunting Tinggi, Wabup Garut Pantau Tinggi Anak Tiap Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com