"Bupati Probolinggo menyebut, melalui program GAIN angka stunting turun 10 persen. Ini akan dievaluasi, apakah kegiatan kami lanjut atau tidak pada masa berikutnya," ujar Ravi.
Di tempat terpisah, Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari mengungkapkan, kebanyakan perempuan sadar jika tengah hamil setelah janinnya berumur 3 bulan.
Penekanan dan pencegahan stunting dimulai sebelum ibu hamil, terutama kesadaran akan gizi.
"Di Probolinggo, penyebab stunting dari faktor SDM dan gaya hidup. Mereka tidak tahu makanan dan gizi yg baik buat tubuhnya. Akibatnya ada kasus gizi buruk," katanya.
Baca juga: Cegah Stunting, Tiga Kementerian Buat Aplikasi Berbeda
Ternyata gizi buruk juga merambah kalangan masyarakat berekonomi menengah ke atas. Pola makan dan makanan yang dikonsumsi sembarangan.
"Contohnya, anaknya dibiarkan makan nasi sama cilok. Atau makanan instan lain. Padahal gizinya tidak ada."
Tantri-sapaan akrabnya- mengaku baru tahu apa itu stunting. Empat tahun lalu dia tak kenal stunting.
Setelah kasus stunting meledak, barulah perhatiannya lebih intens terhadap gizi masyarakat.
"Apalagi saya punya tiga anak kecil. Persoalan stunting lalu kami beri perhatian lebih di sektor kesehatan," jelasnya.
Dia berharap GAIN melanjutkan edukasinya di wilayahnya untuk memperkuat wawasan gizi masyarakat.
Baca juga: Gelar Rapat Koordinasi, Wapres Ingatkan Dahsyatnya Dampak Stunting
Kepala Diskominfo setempat Yulius Christian mengatakan, angka stunting di Kabupaten Probolinggo cukup tinggi.
Padahal angka kemiskinan cukup rendah. Bahkan menjadi satu dari 160 daerah yang menjadi fokus Pemerintah Pusat.
"Penanganan dan pencegahannya melibatkan 22 kementerian. Sehingga penyampaikan informasi pencegahan stunting perlu digalakkan," ujar Yulius.
Pemkab Probolinggo sendiri terus berupaya melakukan penanganan dan pencegahan stunting. Misalnya program Sertifikasi Pasangan Pra Nikah pasa 2017.
Juga ada upaya pemenuhan gizi spesifik dan gizi sensitif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan.