Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kondisi Segaran, Kolam Peninggalan Majapahit yang Kering

Kompas.com - 29/10/2019, 13:04 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Kolam segaran, sebuah kolam purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, tampak kering. 

Kondisi itu berlangsung sejak 2 bulan lalu. Surutnya air membuat bagian dasar kolam nampak jelas terlihat.

Pantauan Kompas.com, sebagian besar dasar Kolam Segaran berupa tanah atau lumpur kering. Hanya sebagian kecil kolam yang masih nampak airnya, tepatnya pada sisi utara dan sisi timur kolam.

"Kering sejak September 2019 lalu," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho, kepada Kompas.com, Senin (28/10/2019).

Kolam segaran memiliki ukuran 325 x 175 meter. Kolam dengan kedalaman 2,88 meter ini ditemukan pada 1926 dalam kondisi tertimbun tanah.

Kolam purbakala ini dipugar pertama kali pada 1966 dan pemugaran kedua dilakukan pada 1974.

Wicaksono menjelaskan, sebagai peninggalan masa Kerajaan Majapahit, kolam ini diduga dibangun untuk waduk dan penampungan air untuk penanganan irigasi.

Air dari Kolam Segaran mengalir dari sisi utara menuju ke sungai dan selanjutnya menuju ke sawah-sawah.

Selama ini, Kolam Segaran menjadi salah satu obyek wisata terkenal di wilayah Kabupaten Mojokerto. Apalagi, kolam ini berada tidak jauh dari sejumlah situs peninggalan Majapahit, serta berdekatan dengan Museum Trowulan.

Wicaksono mengatakan, fenomena keringnya Kolam Segaran terjadi saat musim kemarau dalam 3 tahun terakhir.

Baca juga: Pilkada Solo: Manuver Gibran ke PDI-P dan Cucu Bung Karno Didekati Gerindra

Penampakan Kolam Segaran di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (28/10/2019). Sejak 2 bulan lalu, kolam peninggalan masa Majapahit ini mengalami kekeringan.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Penampakan Kolam Segaran di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Senin (28/10/2019). Sejak 2 bulan lalu, kolam peninggalan masa Majapahit ini mengalami kekeringan.
Sebelumnya, kolam purbakala ini tetap terisi air meski memasuki kemarau.

Wicaksono menjelaskan, Kolam Segaran memiliki saluran buang pada sisi utara. Lalu, pada sisi selatan kolam, terdapat saluran yang airnya masuk ke kolam.

Kedua saluran air tersebut kini tak lagi menyalurkan air ke kolam, karena salurannya tertutup.

"Dulu ada saluran air di samping Museum Trowulan, tapi sekarang sudah ditutup. Saluran yang satunya dari selatan juga ditutup. Mungkin itu bisa menjadi penyebab (kolam segaran kering)," kata Wicaksono.

Menurut Wicaksono, sejumlah asumsi bermunculan terkait penyebab keringnya kolam peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut. Namun, menurut dia, asumsi-asumsi itu harus dibuktikan secara ilmiah.

"Kalau dari asumsi sementara, bisa juga terjadinya karena degradasi tanah di sisi selatan kolam, apalagi di wilayah ini banyak produksi bata merah dengan bahan baku tanah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com