Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumpah Pemuda, Warga Ramai-ramai Bersihkan Sungai yang Tercemar di Purwakarta

Kompas.com - 28/10/2019, 15:33 WIB
Farida Farhan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Ratusan pemuda-pemudi berkumpul membersihkan Sungai Cilamaya di Cibatu, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (28/10/2019).

Gerakan ini digagas sembari memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober.

Tak hanya di Purwakarta, ternyata gerakan membersihkan sampah di Sungai Cilamaya itu dilakukan dari hulu ke hilir, mulai dari Subang, Purwakarta, hingga Karawang. Sekitar 15.000 orang diklaim mengikuti gerakan ini.

"Ini bagus untuk memaknai Hari Sumpah Pemuda. Tahun-tahun lalu tidak ada," kata Ilham Pambudi, salah seorang pelajar SMPN 1 Campaka kepada Kompas.com di sela gerakan membersihkan Sungai Cilamaya di Cibatu, Purwakarta, Senin (28/10/2019).

Baca juga: Sungai Cilamaya di Jawa Barat Dinyatakan Tercemar Limbah Pabrik

Ilham menyebut, gerakan tersebut bermanfaat untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan kepada masyarakat, khususnya kaum pemuda.

"Kita ingin bangsa ini mempunyai pemuda-pemudi yang rajin, peduli lingkungan, dan berkarakter," katanya.

Sementara itu, anggota DPR RI Dedi Mulyadi, inisiator gerakan bebersih Sungai Cilamaya, mengatakan, pembersihan Sungai Cilamaya dilakukan lantaran sungai sangat vital bagi kehidupan masyarakat Karawang dan Subang, terutama di bidang pertanian.

Dedi sendiri mengaku telah bertemu dengan para camat dan kades untuk mengimbau masyarkatnya tidak membuang sampah di sungai. Ia ingin masalah sampah menjadi kesadaran masyarakat.

"Masyarakat diajak bersama-sama bersihin sungai, membersihkan sungainya sehari," katanya.

Dedi juga mengungkapkan, gerakan bebersih sampah tersebut bagian dari Persatuan Indonesia. Artinya, kata dia, orang Indonesia harus bersatu dengan keindonesiaannya, sungainya, sawah, hutan, gunung, dan lautannya.

"Selama ini kita terpisahkan dari itu (keindonesiaannya, sungainya, sawah, hutan, gunung, dan lautannya," kata Dedi.

Selain membersihkan sampah, ke depan, Dedi ingin membuat sistem pengelolaan sungai, yakni membuat Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) komunal untuk industri dan industri rumah tangga. Hal ini juga mencakup pembuatan regulasi pengelolaan sampah.

Dedi mengatakan, saat ini masterplan pengelolaan sampah tersebut tengah didiskusikan. Detail engineering design (DED)-nya pun tengah dibuat Pemkab Purwakarta dan ditargetkan rampung pada tahun depan.

"Setelah DED-nya dibuat, berarti kan sudah ada penentuan harganya. Nanti harganya kita bicarakan, apakah nanti didrop langsung dari (pemerintah) pusat semuanya atau bersama oleh tiga kabupaten," katanya.

Perusahaan tak jera

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi saat mengikuti gerakan membersihkan Sungai Cilamaya di Cibatu, Purwakarta, Senin (28/10/2019).handout Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi saat mengikuti gerakan membersihkan Sungai Cilamaya di Cibatu, Purwakarta, Senin (28/10/2019).

Dedi yang juga mantan Bupati Purwakarta dua periode itu menyebut, perusahaan yang ditengarai mencemari Sungai Cilamaya sedang menjalani proses penyelidikan. Bahkan ada yang masuk tahap penuntutan.

"Dulu ada yang sudah vonis. Bahkan vonis tidak membuat jera mereka (perusahaan) mencemari lingkungan," kata dia.

Baca juga: Upaya Pemdaprov Jabar Tangani Pencemaran Sungai Cilamaya dan Cileungsi

Hanya saja, kata Dedi, ia mengaku tidak mau mencampuri proses hukum yang tengah berjalan. Ia akan lebih fokus pada pengelolaan dan penyelesaian masalah.

"Untuk itu harus dicari solusi. Solusinya adalah membuat IPAL bersama," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com