Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Bau Menyengat Limbah Pabrik, 40 Warga Bermalam di Rumah Dinas Bupati

Kompas.com - 28/10/2019, 14:44 WIB
Labib Zamani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Bau menyengat limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo kembali dirasakan warga Dusun Ngrapah, Desa Gubit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Akibat bau limbah pabrik rayon tersebut, mereka pada Jumat (25/10/2019) malam mendatangi rumah dinas (rumdin) Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya untuk meminta pertanggungjawaban.

Bahkan, mereka sampai bermalam di depan rumdin Bupati hingga Sabtu (26/10/2019) pukul 10.00 WIB.

Baca juga: Kasus Perusakan PT RUM, Polda Jateng Tahan Satu Mahasiswa dan Dua Warga

"Ini sebagai bentuk tindakan warga karena mereka di rumah sudah tidak lagi dapat menghirup udara segar," kata Humas Sukoharjo Melawan Racun (Samar) Panji dikonfirmasi Kompas.com, Senin (28/10/2019).

Dia mengatakan kedatangan warga ke rumdin tersebut juga untuk menemui Bupati terkait tanggapan bau limbah PT RUM.

Jika tidak segera ada tindakan dari pemerintah, maka bau limbah PT RUM tersebut akan terus mengganggu warga.

"Ada sekitar 40 warga yang ikut menginap di rumdin Bupati. Tapi Sabtu jam 10 pagi dibubarkan," katanya.

Baca juga: Sungai Cilamaya di Jawa Barat Dinyatakan Tercemar Limbah Pabrik

Akibat bau, warga muntah-muntah hingga susah tidur

Menurut dia pasca SK Bupati yang menghentikan sementara produksi PT RUM berkahir pada Agustus 2019, bau limbah PT RUM masih dirasakan warga.

Tentunya jika PT RUM tidak bisa mengendalikan limbah dan menimbulkan bau yang menyengat, maka sanksinya harus ditingkatkan menjadi pembekuan izin.

"Selama ini belum ada respon. Padahal SK-nya pemberhentian sementara produksi sudah berakhir Agustus 2019. Warga inginnya seperti itu (ditingkatkan sanksinya)," tandasnya.

Adapun dampak dari bau limbah PT RUM membuat warga muntah-muntah, susah tidur, tenggorokan kering hampir sama seperti kejadian sebelumnya.

Baca juga: Atasi Pencemaran Limbah Pabrik Kulit, Pemkab Magetan Rahasiakan Lokasi Pembangunan LIK 2

Bantahan PT RUM

Terpisah, Sekretaris PT Rayon Utama Makmur, Bintoro Dibyo Seputro mengatakan delapan bulan terakhir operasional PT RUM berjalan dengan baik.

Begitu pun dengan limbah yang dikeluarkan dari sisa produksi.

Namun, pada 8 Oktober 2019 saat dilakukan pemeliharaan sekaligus perbaikan, justru bau limbah pabrik rayon tersebut cukup menyengat.

"Pada saat terjadi perbaikan itulah semua pipa pipa reaksi dibuka. Ketika dibuka terjadi emisi gas keluar (cukup mengganggu). Itu diakibatkan karena cuaca ekstrem yang sangat tinggi sekali. Sehingga emisi gas yang keluar menjadi dua kali. Baunya luar biasa," katanya.

Baca juga: Ribuan Ikan di Magetan Mati, Diduga Sungai Tercemar Limbah Pabrik Tahu

Untuk menghilangkan bau limbah tersebut pihaknya menerjunkan tiga alat pengurai bau selama 24 jam non stop.

Biasanya pada hari biasa hanya dua alat yang diterjunkan. Ini dilakukan agar bau limbah segera hilang.

"Sekarang sudah jauh lebih baik. Ambang batasnya itu terproduksi satu ton produk serat itu dibolehkan mengeluarkan 30 kilogram. Kita menekan supaya tidak ada penambahan mungkin sekarang tinggal dua kilogram," ungkapnya.

Baca juga: Pembuangan Limbah Pabrik Gula Makan Korban Jiwa, Polisi Sebut Pemilik Lalai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com