Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suparjiyem Kampanyekan Umbi-umbian agar Eksis di Tengah Gempuran Beras

Kompas.com - 28/10/2019, 10:51 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suparjiyem, warga Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, terus mengampanyekan makanan sehat yang berasal dari hasil pangan lokal.

Gunung Kidul memiliki potensi besar untuk mengembangkan pangan lokal.

"Kedua orangtua saya itu PNS sehingga sejak kecil sudah terbiasa makan nasi, tetapi teman-teman waktu sekolah banyak yang membawa tiwul," Katanya saat ditemui seusai mengikuti seminar dan lokakarya hari pangan sedunia XXXIX di Pemkab Gunung Kidul, Sabtu (26/10/2019). 

Baca juga: Memastikan Generasi Penerus Pahami Keberagaman Pangan Lokal

Mulai dari situlah dirinya menyukai makanan lokal dan berlanjut hingga saat ini.

Dia menceritakan, pada 1985 dirinya lulus SMA, ada lomba desa, seluruh warga desa dilarang memasak tiwul. Dirinya nekat tetap memasak tiwul dan menyembunyikannya.

"Dulu itu lomba desa enggak kaya sekarang. Dulu lomba desa itu sampai masuk ke dalam rumah," ucapnya.

Tekad Suparjiyem sudah bulat menjadi seorang wanita petani. Dirinya pun mulai menanam umbi-umbian, seperti singkong, gembili, uwi, dan garut.

Umbi-umbian, menurut dia, bisa diolah menjadi makanan sehat seperti nasi, hingga dibuat camilan.

"Makanan dari umbi-umbian itu sejak ada padi tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal, itu merupakan makanan sehat dan tanpa dibudidayaakn secara khusus sudah tumbuh dengan sendirinya," katanya. 

Saat ini, bersama 31 anggota Kelompok Tani Wanita (KWT) Menur, dirinya terus memperkenalkan makanan lokal tersebut. Tanaman lokal itu saat ini sudah ditanam ribuan batang oleh anggotanya, dan hasilnya diolah menjadi makanan.

Dirinya tak mau mengubah makanan dari umbi-umbian itu menjadi penganan yang lebih modern.

"Menanam singkong, uwi, suweg tidak perlu bahan kimia dan pestisida. Selain itu, tahan kekeringan," ucapnya. 

Kegigihan ibu dua orang anak itu untuk memperkenalkan potensi pangan lokal membawanya ke kancah nasional hingga sering menjadi pembicara. Tak hanya itu, dirinya juga pergi ke beberapa negara.

Beberapa tahun terakhir, dirinya sudah tiga kali diundang ke sejumlah negara, seperti Thailand, Sri Lanka, dan Australia.

"Di Australia, saya mengajari memasak sayuran dan umbi-umbian. Di sana banyak tumbuh sayuran. Orang di sana itu banyak yang tidak makan daging, jadi saya ajari mengolah makanan, seperti terong balado," ujarnya. 

Baca juga: Pangan Lokal untuk Mengurangi Gizi Buruk

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com