Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Klebut Kayu Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Pabrik, Tonjolkan Daya Tahan dan Presisi

Kompas.com - 28/10/2019, 10:03 WIB
Sukoco,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Menurutnya  tidak mudah menggeluti pembuatan klebut karena dibutuhkan pengalaman yang tidak bisa dipelajari dalam satu hari.

“Untuk membuat klebut yang baik butuh detail yang bagus yang didukung pemahaman anatomi kaki supaya hasilnya sesuai ukuran ,” ucapnya.

Selain dibutuhkan keterampilan yang bisa menghasilkan klebut yang presisi, perajin klebut juga harus memahami kebiasaan pemesan klebut.

Menurut Somo Hadi, ada perbedaan antara kaki warga yang beraktifitas biasa dengan kaki seorang TNI.

“Kalau kaki orang biasa itu ukurannya pasti lebih besar yang kanan, sementara kalau kaki TNI ukurannya pasti lebih besar kaki bagian kiri,” katanya sambil tersenyum.

Untuk menghasilkan klebut yang sesuai dengan keinginan pelanggan, perajin juga harus teliti. Somo Hadi mengaku pernah 3 kali bolak-balik membuatkan klebut untuk salah satu pejabat di Magetan karena salah ukuran.

Somo hadi mengaku tidak tahu bahwa kaki kanan pemesan klebut tersebut lebih besar 4 inci dari kaki kirinya.

“Karena pemesannya pejabat kebetulan perempuan saya tidak berani melihat kakinya. Ya, saya kira sama seperti biasanya ternyata kaki kanannya memiliki ukuran 44, sementara kaki kirinya 40. Sampai 3 kali saya baru tahu karena terpaksa melihat kakinya,” katanya sambill tertawa.

Bersaing dengan mesin

Kebutuhan presisi yang tinggi serta beratnya mengerjakan klebut manual membuat Somo Hadi hanya menerima pesanan sesuai dengan kemampuan.

Dulu dia mengaku pernah memiliki mesin yang bisa menyalin klebut buatannya sehingga dalam satu hari mampu membuat 5 hingga 6 pasang.

Sayangnya, mesin tersebut tak lama digunakan karena rusak dan tidak ada teknisi yang bisa memperbaikinya.

“Dijual, saya belikan mobil pikap bekas untuk operasional. Kalau harga mesin itu setara dengan mobil pikap baru,” katanya.

Dia mengaku bersyukur 2 dari 4 anaknya mulai mengikuti jejak berkecimpung di dunia kerajinan sepatu dan sandal kulit.

“Kalu bikin klebut tidak ada yang mengikuti jejak saya. Anak terakhir kuliah di ATK Yogyakarta biar ahli untuk meyamak kulit, sementara yang nomor 3 membuat sandal, biar klebut saya saja yang bikin,” kata Somo Hadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com