Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milenial Butuh Keintiman dengan Masyarakat Tradisi

Kompas.com - 25/10/2019, 10:08 WIB
Susi Ivvaty,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kaum milenial membutuhkan keintiman dengan masyarakat tradisi, termasuk di dalamnya tradisi lisan, tradisi yang diwariskan melalui tuturan.

Di zaman yang serba terkepung oleh teknologi informasi, milenial dan Generasi Z membutuhkan interaksi langsung dengan para pelaku tradisi di Nusantara, untuk membangkitkan memori kolektif mengenai berbagai hal baik yang ada dalam tradisi.

Kemajuan teknologi telah jauh berjalan dan menggeser kepentingan untuk berkomunitas dan bersosialisasi.

Akan tetapi, fakta memperlihatkan bahwa generasi muda juga menyadari, keintiman dan hal-hal yang mengikat perasaan itu tidak mungkin dipenuhi oleh seperangkat IT sebera pun canggihnya.

Demikian poin-poin sambutan Ketua Umum Asosiasi Tradisi Lisan Pudentia MPSS dan Bupati Wajo Sulawesi Selatan, Amran Mahmud dalam Pembukaan Seminar Internasional dan Festival Tradisi Lisan XI di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel Makassar Sulsel, 24 Oktober 2019.

Baca juga: Asosiasi Tradisi Lisan Gelar Munas dan Seminar Internasional di Makassar

 

Pembukaan seminar juga dihadiri oleh Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdulah dan Sekretaris Provinsi Sulsel Abdul Hayat Gani.

"Di era teknologi yang semakin maju, sepertinya tidak ada tempat memadai bagi tradisi lisan. Namun, mungkin ada di memori kita, mungkin di hati kita, atau mungkin di rumah kita," kata Pudentia.

Tradisi lisan ada di dalam UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017, dan merupakan satu di antara sepuluh objek pemajuan kebudayaan. Oleh karena itu, karena menjadi amanat UU, maka tradisi lisan harus dimajukan.

Pudentia mengatakan, selama ini ATL berdiri di dua kaki, dalam arti positif. Satu peran sebagai akademisi dan peneliti yang kerap bermitra dengan pemerintah, dan peran lain sebagai penggerak, NGO, yang melakukan langsung advokasi kepada pelaku dan pemilik tradisi.

Dorongan utama justru datang dari para pelaku tradisi yang mempercayakan masa depannya kepada ATL. Pemerintah juga meminta ATL untuk mementaskan pertunjukan-pertunjukan di berbagai kesempatan.

Bupati Wajo menegaskan, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal harus kita pertahankan bersama. Kita semua harus mendorong kebudayaan yang inklusif.

Melindungi ekspresi dan nilai budaya daerah untuk memperkuat kebudayaan nasional, dengan mengikuti perkembangan zaman.

"Mengembangkan dan menguatkan budaya Indonesia dalam pergaulan budaya internasional. Memajukan kebudayaan yang melindungi keanekaragaman hayati dan melindungi ekosistem. Meningkatkan peran pemerintah sebagai fasilitator pemajuan kebudayaan," kata Amran.

Festival tradisi lisan

Seminar internasional hampir selalu dibarengkan dengan festival tradisi lisan, untuk memberi tempat bagi para pelaku tradisi dan masyarakat pendukungnya.

Dalam seminar Lisan XI ini, ditampilkan sejumlah pertunjukan tradisi lisan dari Sulsel.

Pertunjukan itu di antaranya syair lisan Passureq oleh mestro Indo Masse dan putrinya, Indo Wero; permainan kecapi oleh Andi Agus Salim dengan judul Getti-getti Lampa'na to Ogi, Mandaelong, dan Sinriliq. Juga ditampilkan opera dan pantun dari Vietnam Tuong national Theatre.

Pada seminar-seminar di tahun-tahun sebelumnya pun sama. Tuan rumah diberi kesempatan untuk menampilkan beragam tradisi lisan yang masih hidup, baik yang masih bertahan mulus maupun yang kembang-kempis.

Pertunjukan juga dimeriahkan oleh kelompok-kelompok kesenian dari luar negeri, utamanya Asia Tenggara, yang diundang, atas dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Dewan Pembina ATL Mukhlis Paeni mengatakan, ATL sejauh ini sudah memberikan 179 beasiswa kepada mahasiswa S2 dan S3.

Baca juga: Tuturangiana Andala, Tradisi Warga Pulau Makassar Mengetuk Pintu Rezeki di Laut

 

Khusus Sulsel, sudah membuat tiga film dokumenter mengenai diaspora Bugis di Indonesia Bagian Barat dan tentang Karaeng Pattilangoang, intelektual dari Timur.

ATL juga membuka program studi kajian tradisi lisan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara, tujuh tahun lalu ketika rektor dijabat Usman Rianse, Ketua ATL Sultra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com