Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Viktor Sebut NTT Dapat Jatah 2,5 Miliar Dollar AS dari Blok Migas Masela

Kompas.com - 25/10/2019, 09:41 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat menyebut, pihaknya akan mendapat jatah 5 persen dari keuntungan pengelolaan blok minyak dan gas (migas) Masela.

"Presiden sudah putuskan agar NTT mendapat jatah 5 persen dan Maluku, 5 persen dari keuntungan blok Masela. Itu berarti NTT dapat jatah 2,5 miliar dollar Amerika Serikat ," ungkap Viktor kepada Kompas.com di Kupang, Kamis (24/10/2019).

Menurut Viktor, dengan nominal sebesar itu, artinya NTT akan menerima puluhan triliun rupiah.

Baca juga: Soal Blok Masela, Gubernur Tak Ingin Orang Maluku Cuma Jadi Penonton

Dengan dana sebesar itu, lanjut Viktor, pihaknya akan fokus menggunakannya untuk listrik, air dan pemberdayaan masyarakat.

"Tapi sebelumnya kita akan duduk untuk rencanakan kira-kira uang sebanyak itu digunakan untuk apa," ujar Viktor.

Blok Masela adalah blok minyak dan gas bumi yang telah diputuskan sebagai salah satu dari 37 prioritas dalam proyek strategis nasional.

Hal itu diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017.

Pengelolaan Blok Masela secara teknis dilaksanakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Kemaritiman.

Viktor mengatakan, Provinsi NTT harus mendapat bagian dari Blok Masela.

Sebab NTT menjadi salah satu wilayah yang terdampak langsung dari pengembangan Blok Masela, karena letaknya di perairan dekat kepulauan Tanibar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku dan Kabupaten Alor, NTT.

Sebelumnnya diberitakan, Presiden Joko Widodo mengatakan, Blok Minyak dan Gas (Migas) Masela akan mulai berproduksi pada 2027 mendatang.

Hal tersebut dikatakan kepala negara melalui unggahan di akun Instagram resminya, Kamis (18/7/2019).

“Sesuai laporan SKK Migas, target produksi Blok Masela akan dimulai pada tahun 2027. Indonesia akan menerima selain porsi besar dari proyek ini, juga dampak gandanya, seperti industri petrokimia yang juga dibangun mengikuti proyek Blok Masela," tulis Jokowi di akun Instagramnya, @jokowi.

Jokowi menambahkan, delegasi Inpex bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto telah menemui dirinya pada Selasa (16/7/2019) lalu.

Dalam pertemuan itu, Inpex bersama Jonan dan Dwi telah melaporkan perkembangan revisi atas rencana pengembangan proyek tersebut.

“Investasi yang bernilai besar ini akan sangat berarti bagi Indonesia,” kata Jokowi.

Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama 7 tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.

Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).

Dengan mulainya proyek ini, Pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar 39 miliar dollar AS dan Inpex sekitar 37 miliar dollar AS. Angka tersebut sudah termasuk 10 persen milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima 33,3 miliar dollar AS.

Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak multiplier seperti industri petrokimia dan potensi investasi 5 miliar dollar AS di daerah tersebut.

Proyek Lapangan Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh INPEX di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia.

Baca juga: Gubernur Minta Lokasi Pengelolaan Blok Masela Tidak Dipertentangkan

Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melaluo jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 barel kondensat per hari. SKK sendiri menargetkan blok Masela akan mulai produksi pada 2027.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com