Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga di Grobogan yang Kini Bebas dari Krisis Air berkat Mata Air Berusia Ratusan Tahun

Kompas.com - 24/10/2019, 11:42 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Dekat instalasi pamsimas yang mangkrak

Letak penggalian sumber air di petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih, wilayah Kecamatan Toroh, Grobogan, itu tak jauh dengan instalasi Pamsimas yang mangkrak.

 

Upaya warga mencari sumber air ternyata tidak sia-sia. Di kedalaman penggalian sekitar lima meter muncul aliran air jernih yang terus mengalir deras. 

Sesepuh desa pun langsung mengamini bahwa muncratan air itu berasal dari sendang peninggalan leluhurnya yang selama ini lenyap tertimbun hutan.

Warga kemudian langsung menciptakan sumur buatan ala kadarnya yang selanjutnya debit air itu dialirkan menggunakan pipa instalasi Pamsimas yang mangkrak ke permukiman di empat dusun di Desa Jambangan. 

Penemuan sumber mata air ini adalah kabar gembira yang dinanti-nanti warga. Sumber air harapan dan sandaran warga akhirnya ditemukan. 

"Alhamdulilah akhirnya ketemu sumber mata air peninggalan leluhur. Inilah sendang kehidupan nenek moyang kami yang hilang. Ratusan tahun silam, leluhur kami tidak pernah kekurangan air dengan keberadaan sendang ini. Selama kelestarian hutan di perbukitan kendeng terus terjaga, sumber air tak pernah mati sekalipun kemarau panjang," terang tokoh masyarakat Desa Jambangan, Rinkahat (57) yang juga diamini tokoh masyarakat lain  saat ditemui Kompas.com di lokasi penemuan sumber mata air, Selasa (22/10/2019).

Baca juga: Mencari Mata Air Berusia Ratusan Tahun yang Hilang di Hutan Grobogan

 

Menurut Rinkahat, secara turun temurun sesepuh desanya telah berpesan, jika suatu ketika masyarakat mengalami krisis air, carilah sendang berusia ratusan tahun warisan leluhurnya itu di perbukitan Kendeng selatan. 

"Sudah saatnya kami mencari keberadaan sendang ini karena masyarakat krisis air. Pasokan air di sumber air ini tak akan surut dan bisa mencukupi kebutuhan ribuan warga. Sumber air ini adalah sendang berusia ratusan tahun yang ditemukan leluhur kami," sambung Rinkahat.

Tokoh masyarakat Desa Jambangan, Jiyo (50) yang juga sekaligus pawang sumber air, mengatakan, sebelumnya pada 2018, juga telah ditemukan sumber mata air yang lokasinya tak jauh dari lokasi penemuan sumber air kali ini.

Namun, sumber mata air yang pertama kali ditemukan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air 3 dusun di Desa Jambangan. Sementara sumber mata air yang kedua ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air 4 dusun di Desa Jambangan.

"Desa Jambangan ada tujuh dusun. Tiga dusun sudah terpenuhi kebutuhan air dari sumber air yang pertama. Dan, setelah ditemukan sumber air yang kedua ini, pasokan airnya yang melimpah bisa digunakan untuk memenuhi empat dusun sisanya. Kami berdoa kepada Allah dan menjalani puasa sebelum mencari sumber air bertuah peninggalan leluhur ini. Orangtua kami berpesan, jika suatu saat kalian kekurangan air, carilah dua mata air di hutan peninggalan leluhur," beber Jiyo.

Perangkat Desa Jambangan, Agus Sriyanto, memastikan bahwa sumber mata air yang ditemukan tersebut layak untuk dikonsumsi oleh sekitar 5.000 jiwa di empat dusun di Desa Jambangan.

Debit airnya pun deras dan tak pernah berhenti mengalir selama dua pekan ini. Dia hanya berharap pemerintah sudi memfasilitasi penemuan sumber mata air tersebut untuk pendistribusian ke masyarakat.

"Dalam satu detik bisa mengisi dua liter air. Insya Allah ini adalah sumber mata air peninggalan leluhur kami yang hilang ratusan tahun silam. Airnya melimpah dan sangat jernih dan berasa segar. Sangat layak konsumsi, bahkan saat ditemukan, perwakilan TNI dan Polri ikut meminum air dari sumber mata air ini. Sementara kami salurkan dengan pipa dan peralatan seadanya sisa Pamsimas, semoga pemerintah sudi membantu," kata perangkat desa Jambangan, Agus Sriyanto.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com