Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga di Grobogan yang Kini Bebas dari Krisis Air berkat Mata Air Berusia Ratusan Tahun

Kompas.com - 24/10/2019, 11:42 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Krisis air selama berbulan-bulan yang melanda empat dusun di wilayah Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, berakhir sudah.

Sudah hampir dua pekan ini, ribuan warga di Dusun Sanggrak, Galeh, Canden dan Kuncen, tak lagi dipusingkan dengan persolan membeli atau mencari pasokan air.

Empat dusun tersebut adalah salah satu permukiman di Kabupaten Grobogan yang mengalami krisis air terparah setiap kemarau. 

Kemarau pun menjadi puncak krisis air yang kerap melanda desa di kaki perbukitan Kendeng selatan itu setiap tahun. 

Sumur tadah hujan serta sungai setempat yang menjadi andalan warga mulai mengering sejak lima bulan lalu.  

Terlebih lagi, instalasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang terealisasi sejak 2008 gagal beroperasi karena kesulitan mengidentifikasi sumber mata air.

Selama itu pula warga lebih memilih berburu air dengan menciptakan "belik" di sungai yang telah mengering. Belik adalah lubang-lubang yang digali di dasar sungai untuk mencari sumber air.

Warga yang bermukim di sekitar kawasan hutan ini juga mengandalkan pasokan air bantuan dari pemerintah untuk mencukupi kebutuhan air. 

Kekeringan yang berujung suram bagi warga ini memicu naluri tokoh masyarakat setempat untuk berburu sumber mata air.

Mereka pun bersepakat mencari sumber mata air peninggalan lelulur yang diyakini masih bersemayam di bawah tanah di tengah hutan. 

Ratusan tahun silam, warga setempat mengandalkan dua sendang yang konon tak pernah mengering itu untuk mencukupi kebutuhan air. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, sumber air jernih berlimpah itu perlahan terkubur oleh rimbunnya hutan.

Sejumlah warga, perwakilan petugas Perhutani serta beberapa orang "pawang sumber air" berjalan kaki menembus kawasan hutan yang membungkus perbukitan Kendeng selatan.

Setelah berjalan kaki hampir 5 kilometer, beberapa pawang sumber air itu pun meminta warga untuk menggali tanah yang telah tertutup oleh sampah-sampah organik berupa tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan itu.

Bagi kepercayaan orang Jawa, pawang sumber air terlebih dahulu menjalani ritual puasa sebelum mencari sumber air.

Lokasi yang ditunjuk oleh beberapa pawang hujan itu diyakini merupakan sumber air peninggalan leluhur mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com