Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Nenek Luspina Hidup Menahan Lapar Digubuk Reyot Tanpa Listrik

Kompas.com - 23/10/2019, 17:03 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Sejak ditinggal suaminya Yosef Lawe meninggal dunia enam tahun silam, nenek Luspina Sana (78) warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT ini, tidak menyangka hidupnya akan sengsara.

Tanpa suami yang sudah meninggal dunia, ia harus berjuang sendiri mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumahnya.

Selain itu, ia juga hidup sebatang kara dan tinggal di gubuk reyot tanpa listik.

Untuk bertahan hidup, nenek 78 tahun ini mengantungkan hidupnya dari satu pohon mente yang tumbuh di depan gubuknya.

Biji mente itulah yang dijualnya kepada warga, dan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

 

Ditinggal suami enam tahun silam

Sejak suaminya meninggal 6 tahun silam, nenek Luspina tetap memilih untuk bertahan hidup di gubuk reyotnya sendirian.

Suami nenek Luspina bekerja menjaga dan membersihkan kuburan Islam di Kelurahan Wolomorang.

Sejak suaminya meninggal, nenek Luspina tidak bisa melanjutkan pekerjaan suaminya tersebut.

Baca juga: Cerita Nenek Luspina, Hidup Menahan Lapar di Gubuk Reyot Tanpa Listrik

 

Gubuk tak layak

Gubuk yang ditempati nenek Luspina berukuran 2x3 terbilang tidak layak, gubuk itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratapkan seng. Dinding dan atap gubuk itu sudah rusak.

Sementara, langit-langit penuh sarang laba-laba, atap seng bagian dalam hitam pekat akibat asap saat masak menggunakan kayu api.

Ditambah lagi lampu pelita sebagai sumber penerangan gubuk nenek Luspina.

 Baca juga: Kisah Nenek Sahnun, Pemulung yang Berkurban Sapi Dapat Hadiah Umrah

 

Hidup sengsara saat suami tak ada

Nenek Luspina mengaku, hidup tanpa suami membuatnya sengsara, untuk mendapat sesuap nasi saja susah.

Saat ada suami dulu, kami kerja apa saja untuk bisa beli beras. Sekarang, hidup saya semakin sengsara.

"Untuk makan, saya ini susah sekali. Untuk makan saya terkadang tunggu belas kasih tetangga,” tutur nenek Luspina, kepada Kompas.com, Selasa (22/10/2019).

Baca juga: Fakta di Balik Nenek Paulina Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot hingga Dapat Uang Rp 10 Juta dari Presiden Jokowi

 

Mengantungkan hidup dari pohon mente yang tumbuh di depan gubuk

Agar bisa membeli beras, sambungya, ia menggantungkan hidupnya dari satu pohon mente yang tumbuh di depan gubuknya.

Biji mente itulah yang dijualnya untuk membeli beras dan mencukupi kebutuhannya.

“Belum lama ini saya ada jual mente dan ada uang Rp 300.000. Tetapi, pas saya tidur siang, uang itu dicuri orang. Sekarang sudah tidak ada uang lagi. Mau beli beras sudah tidak bisa. Jadinya tunggu orang kasih baru bisa makan. Kalau tidak, ya saya tahan saja rasa lapar,” ungkap nenek Luspina, sembari mengusap air mata yang keluar dari matanya.

Tidak hanya makan, untuk memperoleh air minum juga nenek Luspina mengaku sangatlah susah. Begitupula minyak tanah dan kayu api.

Baca juga: Dapat Uang Rp 10 Juta dari Jokowi, Nenek Paulina Akan Punya Rumah Baru

 

(Penulis : Kontributor Maumere, Nansianus Taris | Editor Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com