Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Minum Air Kotor dan Bau, Pak Presiden Jokowi Tolong Bantu Kami"

Kompas.com - 23/10/2019, 07:17 WIB
Nansianus Taris,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan warga mengalami krisis air bersih.

Seperti yang dialami warga kampung Hoder, Desa Wairbeleler, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Akibat krisis air, ratusan warga kampung ini terpaksa mengonsumsi air kotor dan bau. 

Warga mengambil air kotor dan bau itu di tengah hutan. Jaraknya sekitar 2 kilometer lebih dari permukiman. 

Di tengah hutan itulah, warga mengantre berjam-jam untuk mengisi jerigen, mencuci pakaian, dan mandi. 

Baca juga: Kado HUT ke-248 Kota Pontianak: Krisis Air Bersih dan Kualitas Udara Buruk

Novita Fatmawati, salah seorang warga kampung Hoder, menuturkan krisis air itu dialami warga setiap tahun. 

Ia menyebut, pada tahun 2019 ini, kondisinya memang sangat parah. Hal itu disebabkan kemarau yang begitu lama.

"Ini sudah 3 bulan kami krisis air bersih. Sekarang kami minum air bersih dan bau. Ini saja pilihan sudah, Pak. Kalau tidak, kami bisa mati tidak minum air," ucap Novita kepada Kompas.com di lokasi, Selasa (22/10/2019).

"Bapak Presiden Joko Widodo yang baru dilantik, kami mohon, bantu kami. Kami di sini sudah minum air kotor dan bau. Pak Presiden tolong koordinasi dengan pemerintah daerah bantu kami di sini," sambung Novita.

Novita menuturkan, 3 bulan terakhir ini, warga di kampung Hoder terpaksa antre berjam-jam untuk mendapatkan air di tengah hutan. 

Ia bahkan menyebut, setiap hari warga antre dari pagi hingga malam di tengah hutan untuk mendapat giliran timba air.

"Setiap hari kami antre sampai malam di hutan ini untuk ambil air. Kami jalan dari  rumah ke sini sekitar 2 kilometer melewati hutan," ungkapnya.

Warga lain, Hila Pare mengaku krisis air bersih di wilayah itu bukan persoalan baru. Warga di desa itu sudah lama mengalami krisis air, tetapi pemerintah belum merespons itu. 

Ia mengungkapkan, beberapa tahun sebelumnya di desa itu ada dari penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pansimas). Tetapi, proyek itu tidak bertahan. 

Dua tahun terakhir, air tidak mengalir di pipa dan kran air yang sudah dipasang di rumah-rumah warga. 

"Airnya sudah tidak mengalir lagi sekarang. Pipa dan kran air itu hanya pajangan saja," ungkap Hila. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com