Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menghilang" 155 Tahun, Ibis Sendok Raja Kembali Terlihat di Sulawesi

Kompas.com - 22/10/2019, 05:49 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Tepat di bekas batas wilayah kerajaan Gorontalo dan Limboto, pinggir Danau Limboto, 3 ekor ibis sendok raja (Royal Spoonbill) dilihat Hanom Bashari, seorang relawan penggiat lingkungan dari Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), Jumat (18/8/2019).

Dengan menggunakan binokulernya, ia melihat sekumpulan burung tengah mencari makan menjelang senja di samping Pos Jokowi, sebuah bangunan sederhana yang pernah digunakan Presiden Joko Widodo untuk mengecek proyek revitalisasi Danau Limboto, salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia.

Hanom Bashari mendapati burung bernama latin Platalea regia ini berada di kerumuman kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul besar (Ardea alba), gagang bayam belang (Himantopus himontopus), trinil kaki hijau (Tringa nebularia), berkik ekor lidi (Gallinago stenura), biru laut ekor blorok (Limosa lapponica), biru laut ekor hitam (Limosa limosa), trinil semak (Tringa glareola), blekok sawah (Ardea speciosa), ibis rokoroko (Plegadis falcinellus), dara laut kumis (Chlidonias hybrid).

“Awalnya kami mencari kuntul cina (Egretta eulophotes) di Danau Limboto, Kabupaten Gorontalo. Menjelang magrib kami menemukan sekelompok burung yang sedang mencari makan di genangan air berlumpur halus, ada burung mirip kuntul dengan bulu putih yang agak lain warnanya, ini tidak biasa,” kata Hanom Bashari, yang juga Protected Area Specialist, Enhancing the Protected Area System in Sulawesi for Biodiversity Conservation (E-PASS) Bogani Nani Wartabone.

Baca juga: Seri Hewan Indonesia: Myzomela Prawiradilagae, Burung Endemik Pulau Alor

Dengan menggunakan teropongnya, Hanom Bashari berusaha mengenali burung yang berbeda ini.

Cara burung ini mencari makan tidak seperti kuntul besar atau kuntul kecil.

Cara mencari makan burung ini mirip bebek atau burung ibis rokoroko yang mencelupkan paruhnya ke dalam air dan menggerakkan-gerakkan sambil berjalan.

Burung-burung ini berkumul dalam genangan air dengan beberapa gundukan eceng gondok (Eichhornia crassipes) di sampingnya.

Berkik ekor lidi lebih memilih berada dekat tanaman ini, sementara gagang bayam belang yang bersuara rebut lalu lalang mencari makan bersama kuntul besar dan kuntul kecil.

Beberapa trinil kaki hijau lebih memilih menyembunyikan kepala di balik sayapnya setelah kenyang makan.

“Ternyata paruhnya panjang besar mirip paruh bebek, ini yang mengagetkan kami,” ujar Hanom Bashari, Senin (21/10/2019).

Untuk memastikan jenisnya, ia membuka buku Field Guide to the Waterbirds of ASEAN yang memuat burung-burung air di kawasan ASEAN, Brunei, Cambodia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipna, Sinagpura, Thailand, Vietnam dan teritori  yang berdekatan.

Ada 2 gambar yang mirip dengan burung yang ditemukannya ini, ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill (Platalea minor) dan Royal Spoonbill (Platalea regia).

Kedua jenis ini sangat mirip, perbedaannya hanya warna gelap di wajahnya, Black-faced spoonbill ada bagain bulu putih di dahinya, namun sepintas keduanya mirip.

“Kami berharap dari 3 individu ini merupakan 2 jenis, ibis sendok raja atau Royal Spoonbill dan ibis sendok kecil atau Black-faced spoonbill. Ternyata hanya jenis pertama,” kata Hanom Bashari.

Kehadiran burung ibis sendok raja ini di Danau Limboto ini mengejutkan pera penggiat lingkungan Perkumpulan BIOTA, ini merupakan catatan pertama kali mereka kehadiran jenis ini di danau kritis ini.

Baca juga: 5 Burung Dilindungi Ditemukan Mati dengan Kaki Terikat di Hutan Mangrove Surabaya

Perkumpulan BIOTA merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan konservasi dan pendampingan masyarakat.

Lembaga ini sudah melakukan pengamatan burung di Danau Limboto sejak tahun 2015.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com