Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasutri Tewas Digigit Ular, Ini Cerita Warga

Kompas.com - 19/10/2019, 07:58 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Krisiandi

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Maksum (45) dan Nuryani (38), dua warga Pasir Kampung RT 002/004 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tewas diduga karena gigitan ular berbisa.

Pasangan suami istri yang punya empat orang anak itu meninggal dunia dalam rentang waktu yang berbeda.

Maksum meninggal dunia 1,5 tahun lalu akibat gigitan hewan reptil tu saat tengah bekerja di kebun. Sedangkan sang istri, Nuryani meninggal usai dipatuk ular saat tengah tidur di rumah pekan lalu, Sabtu (12/10/2019).

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Heri. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat untuk membantu meringankan beban Heri dan adik-adiknya. Klik di sini untuk donasi.

Kerabat korban, Oni (65) menuturkan, sebelum meninggal, korban mengaku jari kelingkingnya digigit ular saat tengah tidur di lantai rumah.

Baca juga: Ayah dan Ibu Tewas Digigit Ular, Remaja 17 Tahun Jadi Tulang Punggung Adik-adiknya

“Tangannya sempat membiru dan lemas, besok paginya meninggal dunia,” ucapnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (18/10/2019).

Oni mengaku tidak tahu ular jenis apa yang telah menggigit keponakannya itu, namun informasi yang didapat dari korban, ular tersebut berwarna putih-hitam.

“Kalau suaminya meninggal 1,5 tahun lalu. Sempat sakit dulu enam bulan sebelum meninggal. Juga karena digigit ular, tapi di kebun, kena betisnya,” ujarnya.

Kini, keempat  anak korban ditampung di rumahnya sambil menunggu rumah korban diperbaiki oleh warga dari biaya hasil donasi.

“Tapi saya tidak akan ijinkan mereka kembali lagi ke sana. Anak-anak ini sekarang tinggal di sini saja, apalagi masih ada yang balita,” ucapnya.

Hasbim Misbahudin (38), tokoh pemuda setempat menuturkan, sebelum meninggal Nuryani mengaku digigit ular saat tengah tidur di lantai rumah.

“Jari kelingkingnya ada yang gigit, saat dilihat ternyata ada ular. Karena ternyata kondisi di rumahnya banyak lubang. Dugaan kita ular keluar masuk dari sana,” katanya, Jumat.

Selain itu, di jari kelingking korban juga terdapat dua luka bekas gigitan dan korban sempat mengalami bengkak membiru.

“Sejak kejadian itu, kita lalu coba mencari ular. Ada yang melihat ada dua ular di permukiman, tapi baru dapat satu,” ucapnya.

Ia menenggarai ular berasal dari tebing yang berada tak jauh dari rumah korban. Namun sebut Hasbim, kasus warga yang digigit ular baru kali pertama terjadi di daerah tersebut.

“Di balik tebing itu kan banyak pohon bambu, dugaan kita ular berasal dari sana,” katanya.

Putra Nuryani, Heri Misbahudin (17), kini harus menjadi tulang punggung sekaligus kepala keluarga bagi ketiga adiknya pasca ditinggal pergi kedua orangtuanya.

Baca juga: Tengok Rumah Pasutri yang Tewas Digigit Ular, Bupati Cianjur Jamin Masa Depan Anak-anak Korban

Heri mengaku sejak ayahnya meninggal dunia, ia memutuskan berhenti sekolah. Kala itu dia masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

Alasannya, ia tak ingin menjadi beban keluarga, apalagi ibunya tidak bekerja.

Saat ini, Heri bersama ketiga adiknya telah diungsikan ke rumah seorang kerabat yang tak jauh dari lokasi rumah mereka. 

Sementara rumahnya kini telah dibongkar dan rencananya akan direnovasi oleh warga agar lebih layak dan aman.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Heri. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat untuk membantu meringankan beban Heri dan adik-adiknya. Klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com