Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 Tahun Hidup di "Dunia Malam" Lokalisasi Sunan Kuning: Saya Sudah Betah di Sini...

Kompas.com - 19/10/2019, 07:37 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sukmawati (59), perempuan asal Ngawi, mengaku sedih saat mengetahui lokalisasi Sunan Kuning ditutup oleh Pemerintah Kota Semarang, Jumat (18/10/2019).

Perempuan yang akrab dipanggil Wati ini adalah salah satu pemilik wiswa dari 178 karaoke yang ada di lokalisasi yang ada sejak 1966 itu.

Kepada Kompas.com, Kamis (17/10/2019) malam, ia mengaku sudah 19 tahun melakoni kehidupan dunia malam di Lokalisasi Sunan Kuning.

"Awalnya sedih saat mendengar Pemkot Semarang akan menutup lokalisasi SK. Saya sudah betah di sini," ujar Wati.

"Tapi ya mau gimana lagi karena ini program pemerintah terpaksa harus dijalankan. Tapi untungnya karaokenya masih bisa tetap buka jadi ya bersyukur karena masih bisa dapat pemasukan meski tak seperti biasanya."

Baca juga: Sunan Kuning Tutup, Pekerja di Lokalisasi Depresi, Masuk RSJ

Wati mengaku selama 19 tahun menjalankan bisnis karaoke di lokalisasi, ia pernah mengantongi uang mencapai Rp 20 juta dalam satu malam.

Namun, sejak kabar penutupan berembus, setahun terakhir omzet Watu turun drastis hingga 70 persen.

"Wisma karaoke saya jadi sepi pengunjung sejak setahun terakhir akan ditutup. Yang datang jadi pada takut karena peraturan itu," kata Wati yang pernah jadi WPS selama 4 tahun ini.

"Maka omzetnya turun drastis enggak sampai Rp 10 juta, padahal mesti bayar uang sewa dua rumah karaoke yang masih ngontrak. Belum bayar kebutuhan yang lain."

Baca juga: Pascapenutupan, Sunan Kuning Akan Dijaga Ketat Agar Tak Ada Lagi Praktik Prostitusi

Sementara itu, salah seorang pekerja di lokalisasi Sunan Kuning, Ayu, mengaku depresi dengan adanya penutupan lokalisasi lantaran sumber penghasilannya sudah hilang.

Sementara dirinya masih menanggung beban kehidupan keempat anaknya yang masih sekolah.

"Saya masih trauma dan stres. Bingung habis ini mau gimana. Beban utang masih banyak, anak-anak di rumah juga butuh makan dan bayar sekolah. Mungkin mau menenangkan diri dulu pulang ke Temanggung. Semoga bisa dapat pekerjaan lain setelah ini," kata Ayu.

Pascapenutupan, 448 wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning menerima uang tali asih.

Mereka akan dipulangkan dengan menggunakan fasilitas transportasi yang sudah disediakan oleh Pemkot Semarang hingga 21 Oktober 2019.

Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Semarang Resmi Ditutup

 

Konsumen jasa prostitusi seharusnya dihukum

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat seremonial penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Semarang menjadi kawasan bebas prostitusi, Jumat (18/10/2019).KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat seremonial penutupan lokalisasi Sunan Kuning di Semarang menjadi kawasan bebas prostitusi, Jumat (18/10/2019).
Direktur LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Semarang Raden Rara Ayu Hermawati Sasongko mengatakan prostitusi adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com