Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Tini Diboikot Warga gara-gara Beda Pilihan Pilkades di Sragen

Kompas.com - 19/10/2019, 06:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Gara-gara beda pilihan saat pemilihan kepala desa, Suhartini (50), warga RT 013 Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah, diboikot warga saat menggelar hajatan pernikahan anaknya.

Saat itu, tak ada seorang pun warga di desanya hadir dalam hajatan tersebut. Hal itu membuat Tini, panggilan akrab Suhartini, bertanya-tanya.

Menurut salah satu anggota keluarga Tini, sebelum acara hajatan, ada warga yang berteriak-teriak dan diduga menghasut untuk tidak datang membantu persiapan hajatan dan hadir dalam acara hari H.

Meskipun diboikot, menurut salah satu kerabat, acara hajatan berjalan lancar karena dibantu oleh warga dari desa lain.

Menurut Kasi Pemerintahan Pj Kades Hadiluwih, Iwan Budiyanto, permasalahan yang keluarga Suhartini sudah diselesaikan bersama dengan ketua RT setempat.

Menurutnya ada miskomunikasi terkait indikasi beda pilihan pilkades yang digelar pada bulan September lalu.

Berikut ini fakta lengkapnya:

1. Siti: Ibu saya bukan kader, kok terkena imbasnya

Siti, anak Tini, mengaku sempat kecewa dengan sikap warga terhadap ibunya. Ibunya yang tak tahu apa-apa soal pilkades justru dijadikan korban sampai tidak ada warga yang mau datang membantu acara hajatan.

"Mamak saya itu salahnya di mana. Kok mamak saya yang diikut-ikutkan?" tanya Siti.

"Mamak saya itu bukan kader dan bukan tim sukses dari calon mana pun. Kenapa dikucilkan seperti itu," katanya.

Baca juga: Beda Pilihan Pilkades, Hajatan Seorang Warga Diboikot, Tak Ada yang Datang

2. Kronologi pemboikotan versi keluarga

Tini menceritakan, dirinya sudah merasa curiga dengan sikap sejumlah warga sekitar sepekan sebelum acara hajatan dimulai.

Saat itu dirinya mendatangi ketua RT setempat untuk minta bantuan pembagian kerja. Namun, ketua RT tersebut mengatakan pembagian kerja bukan dirinya lagi yang mengatur.

Justru, ketua RT menyarankan Tini untuk menemui Karang Taruna. Setelah menemui pihak Karang Taruna, lagi-lagi Tini tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Saat itu, Tini merasa dipermainkan dan dirinya memilih pulang.

"Karena disuruh ke sana kemari, saya kemudian pulang," katanya ditemui Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Kamis (17/10/2019).

Tini lantas meminta pertimbangan saudara-saudaranya terkait permasalahan yang dialami. Biasanya setiap ada hajatan di desa cukup ketua RT yang menyelesaikan. Justru saat dirinya hajatan, ada alasan yang dibuat-buat.

Baca juga: Dua Pasang Suami Istri Berlaga di Pilkades Serentak Kabupaten Semarang

3. Diduga ada orang yang mengajak boikot

Menurut Siti, sebelum acara kumbakarnan (rapat persiapan pernikahan), ada orang yang membujuk warga untuk tidak datang.

"Ada undangan kumbakarnan (rapat persiapan pesta pernikahan) banyak masyarakat yang tak datang. Banyak yang bilang di jalan warga diteriakin tidak boleh datang ke rumah," kata anak pertama Tini tersebut.

"Ada orang yang melarang warga supaya tidak datang ke rumah. Entah apa masalahnya, pertama katanya pilkades," katanya.

Siti pun menjelaskan, ibunya telah melaksanakan tugas sebagai warga dengan baik, seperti arisan dan gotong royong.

Dan biasanya Ketua RT bisa menyelesaikan masalah tersebut, namun entah mengapa kali ini tidak seperti biasanya.

"Pak RT biasanya bisa menyelesaikan kok ini tidak. Acara klumpukan ulem (undangan) biasanya pakai pengeras suara datang. Tapi kok tidak seperti biasanya," katanya.

Baca juga: Fakta Baru Pembobolan dana Nasabah BNI Rp 124 Miliar, Pelaku Diduga Suka Hidup Glamor

4. Diselesaikan secara kekeluargaan

Menurut Iwan, masalah antara keluarga Tini dan warga desa diduga karena miskomunikasi terkait indikasi beda pilihan pilkades.

"Ada miskomunikasi antara keluarga Bu Suhartini dan lingkungan masyarakat RT 013," katanya.

"Setelah kita pertemukan kita cari solusi, kita titik temukan saling bisa menerima. Saling memaafkan."

Iwan menjelaskan, kondisi saat ini telah berangsur rukun kembali. Dirinya juga akan mencegah kejadian serupa muncul di masa depan.

"Ke depan lingkungan RT 013 tetap guyub rukun. Kembali seperti dulu tidak ada persoalan," katanya.

"Tidak ada istilahnya boikot-memboikot kaitannya dengan hubungan ke masyarakat utamanya di hajatan," katanya.

Baca juga: Dilaporkan Hilang, Remaja di Bali Ditemukan Meninggal di Danau Batur

(Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com