Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning, Berdiri Sejak 53 Tahun dengan Omzet 1 Miliar Per Malam

Kompas.com - 19/10/2019, 05:35 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang resmi menutup lokalisasi Sunan Kuning sejak Jumat (18/10/2019).

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan kawasan Sunan Kuning akan menjadi kampung tematik karena terdapat makam tokoh penyebar Agama Islam, yakni Sun An Ing.

"Nanti pada tahun 2020 sampai 2021 kita fokuskan pada optimalisasi Kampung Religi Sunan Kuning, karena di atas itu kan ada makam salah satu tokoh penyebar agama Islam Sun An Ing. Nanti kita akan percantik dengan kehadiran kampung tematik religi untuk mensupport kegiatan pariwisata," kata Hendi.

Baca juga: Sunan Kuning Tutup, Pekerja di Lokalisasi Depresi, Masuk RSJ

 

Omzet Rp 1 miliar per malam

Ilustrasi.Shutterstock Ilustrasi.
Generasi ketiga pengelola lokalisasi Sunan Kuning, Suwandi Eko Putranto mengatakan selain lokalisai, di wilayah resosialisasi Sunan Kuning ada 178 tempat karaoke, warung makan, salon, butik, dan loundry, dan bisnis lainnya.

Laki-laki yang akrab dipanggil Wandi mengungkapkan, sebelum ada rencana penutupan lokalisasi, omzet di kawasan tersebut mencapai Rp 1 miliar per malam.

"Sebelum ada rencana penutupan lokalisasi omzet bisa mencapai Rp 1 miliar semalam. Sejak itu imbasnya jadi menurun drastis. Bahkan sampai pernah sehari enggak ada pemasukan. Sampai ada tukang cuci yang cerita ke saya sambil nangis-nangis karena penghasilannya berkurang," kata Wandi kepada Kompas.com, Minggu (13/10/2019).

Baca juga: Pascapenutupan, Sunan Kuning Akan Dijaga Ketat Agar Tak Ada Lagi Praktik Prostitusi

Wandi menyebut saat ini ada 448 lebih wanita pekerja seksual (WPS) yang bekerja di lokalisasi di Semarang bagian barat.

Sementara itu Pemkot Semarang masih mengizinkan rumah karaoke di kawasan itu beroperasi mulai 22 OKtober 2019.

Dengan catatan, para pemilik karaoke harus mengurusi periizinan selambat-lambatnya satu tahun setelah tempat karaoke beroperasi kembali.

"Selama satu tahun beroperasi jangan ada prostitusi di lingkungan tempat karaoke. Kalau itu dilanggar kami akan tutup, tapi kalau bisa tetap berjalan tanpa ada prostitusi dan mengurus perizinan maka saya rasa karaoke-karaoke itu bisa menjadi karaoke syariah yang mendukung pariwisata di tempat ini," ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Sunan Kuning, Jumat (18/10/2019).

Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Semarang Resmi Ditutup

 

Dipulangkan dan dapat tali asih Rp 5 juta

Para WPS menunggu pemberian tali asih penutupan lokalisasi Sunan Kuning dari Pemkot Semsrang di aula Resosialisasi Argorejo, Semarang, Kamis (10/10/2019). KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Para WPS menunggu pemberian tali asih penutupan lokalisasi Sunan Kuning dari Pemkot Semsrang di aula Resosialisasi Argorejo, Semarang, Kamis (10/10/2019).
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan 448 wanita pekerja seksual (WPS) Sunan Kuning akan dipulangkan ke daerah asal.

"Pendapatanya kecil tidak apa, karena mulai dari nol yang penting halal. Tapi kalau dikerjakan dengan tulus ikhlas, kerja keras Insya Allah akan menjadi besar," jelas Hendi.

Delapan hari sebelum penutupan, tepatnya Kamis (10/10/2019), 448 wanita pekerja sesksual berkumpul di aula Resosialisasi Argorejo, Semarang.

Mereka menunggu pemberian tali asih yang dijanjikan Pemerintah Kota Semarang.

Baca juga: Pengakuan Pekerja Lokalisasi Sunan Kuning Sebelum Penutupan

Tali asih diberikan sebagai bekal mereka akan dipulangkan ke kampung halaman karena lokalisasi Sunan Kuning akan ditutup pada 18 Oktober.

Ketua Pengelola Lokalisasi Sunan Kuning Suwandi menjelaskan dari dana tali asih yang dijanjikan sebesar Rp 10,5 juta, hingga hari itu pihaknya hanya mendapat kepastian pencairan sebesar Rp 5 juta. Itu pun belum diproses.

"Ternyata dari kesepakatan awal, kebijakan pemerintah untuk memberikan tali asih ini tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika di awal sudah sepakat memberi Rp 10,5 juta per anak asuh, hari ini saya dapat kabar kalau yang cair baru Rp 5 juta," ujar dia.

Uang sebesar Rp 5 juta akan dicairkan oleh Dinsos Kota Semarang, sedangkan sisanya dari Dinsos Jateng sebesar Rp 5,5 juta.

Baca juga: Menelusuri Jejak Lokalisasi Sunan Kuning yang Ditutup dan Nasib Para Pekerja Seks

 

Dijaga ketat Satpol PP

Kawasan bebas prostitusi Argorejo atau Sunan Kuning.KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Kawasan bebas prostitusi Argorejo atau Sunan Kuning.
Kepala Satpol PP Kota Semarang Fajar Purwoto mengatakan, pihaknya akan menyiapkan posko penjagaan di dua titik di sekitar kawasan bebas prostitusi tersebut.

"Pascapenutupan, kami akan melakukan upaya penjagaan ketat di Sunan Kuning. Kami siapkan dua posko di setiap pintu masuk. Akan kami awasi dibantu oleh Polres, Kodim, Kesbangpol dan kecamatan. Mulai nanti malam kami akan cek di setiap wisma karaoke kalau masih ada yang mangkal akan kami suruh pulang," jelas Fajar, Jumat (18/10/20190.

Lokalisasi yang berdiri sejak 1966 itu kini resmi ditutup.

Baca juga: Warga Lokalisasi Sunan Kuning Kecewa Uang yang Dijanjikan Pemkot Semarang Tak Kunjung Diberikan

Tercatat ada 448 wanita pekerja seks (WPS) mendapatkan uang tali asih dari Pemkot Semarang sebesar Rp 5 juta sebagai bekal kepulangan.

Saat ini, telah terpasang papan pengumuman bertuliskan "Wilayah Argorejo (SK) Kawasan Bebas Prostitusi" di sejumlah titik pintu masuk.

Di papan tersebut juga tercantum Perda Nomor 5 tahun 2017 tentang ketertiban umum.

SUMBER: KOMPAS.com (Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor : Khairina, Davis Oliver Purba, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com