Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKB Terus Berulah, TNI Sebut Antar-kelompok OPM Sedang Bersaing

Kompas.com - 18/10/2019, 12:45 WIB
Dhias Suwandi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

"Di struktur organisasinya mereka membagi jadi Komando Daerah Pertahanan (Kodap), tapi pada dasarnya organisasi mereka itu antara ada dan tiada, yang selama ini cukup aktif hanya Kodap 3 Ndugama," ujar Dax.

Dax melihat klaim KKB yang menyebut Goliat Tabuni sebagai jenderal besar hanya sebagai bentuk penghormatan di antara mereka terhadap sosok Goliat Tabuni yang dianggap sebagai tokoh yang memimpin perlawanan mereka.

Diakui bila pada 2018, TNI berhasil mengetahui titik persembunyian Goliat Tabuni, tetapi yang bersangkutan dapat melarikan diri.

"Goliat Tabuni sangat jarang terkoneksi dengan yang ada di Timika, Ndugama. Goliat lebih ada di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya," kata Dax.

Terkait dengan beberapa kerusuhan yang terjadi di Papua, yang dipicu oleh isu rasisme, Dax mengakui hal tersebut ikut terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan KKB beberapa waktu terakhir.

Menurut dia, isu rasisme menjadi pelecut KKB yang selama ini terus berpindah di hutan-hutan di wilayah pegunungan Papua.

"Namun, memang kami memonitor, dengan adanya beberapa kerusuhan yang terjadi, yang menurut kepolisian itu didalangi oleh KNPB dan UNLWP, timbul suatu gerakan solidaritas dari mereka yang berada di hutan," kata Dax.

Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengungkapkan pada saat terjadi kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada 23 September, sempat terjadi kontak senjata antara aparat gabungan TNI-Polri dan KKB.

"Kami dua kali kontak tembak," kata Candra.

Menurut dia, saat terjadi kontak senjata, aparat tidak fokus untuk mengejar kelompok tersebut karena sedang melakukan evakuasi warga.

Namun, ia memperkirakan bahwa kelompok tersebut berasal dari Kabupaten Lanny Jaya.

"Di Pasar Jibama sekali, kemudian di Kutikerek (kontak senjata) dengan Koramil. Dugaan saya itu dari kelompoknya Purom Okinam Wenda dari Lanny Jaya karena dia sempat mengeluarkan statement bahwa dia akan balas dendam atas meninggalnya Wempius Wantik," tutur Candra.

Baca juga: TNI dan Polri Antisipasi Ancaman KKB di Tembagapura

Lalu pada 26 September, KKB kembali berulah di Kabupaten Puncak. La Ode Alwi dan Midung yang berprofesi sebagai tukang ojek tewas tertembak.

Dua hari berselang, KKB kembali menewaskan seorang warga Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, bernama Oyong yang berprofesi sebagai pedagang.

Kemudian pada 29-30 September 2019, KKB berani masuk ke Distrik Ilaga yang merupakan ibu kota Kabupaten Puncak.

Selama dua hari, terjadi kontak senjata antara KKB dan aparat gabungan TNI-Polri.

Meski tidak sampai menyebabkan timbulnya korban, kejadian tersebut membuat 500 warga Ilaga mengungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com