Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Relawan Jelajahi Gua Vertikal untuk Cari Air Bersih: Puluhan Tahun Akhirnya Kami Tidak Kekeringan Lagi

Kompas.com - 18/10/2019, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tangis haru warga pecah ketika sumber air di Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri berhasil diangkat pada Senin (7/10/2010) shubuh sekitar pukul 04.00 WIB.

Warga yang ada disekitar Gua Jomblang Ngejring langsung sujud sebagai ucapan syukur, setelah melewati perjuangan panjang mencari air bersih untuk kebutuhan warga yang ada di gua vertikal di bawah desa mereka.

Selama puluhan tahun, warga Desa Gendayakan dan sekitarnya kesulitan air bersih. Apalagi saat di musim kemarau yang lebih panjang seperti saat ini.

Baca juga: Hadapi Kekeringan, Warga Boyolali Jual Sapi untuk Beli Air Bersih

Sebelum tahun 2000-an, warga Desa Gendayaan harus menempuh perjalanan hingga 20 kilometer untuk mendapatkan 10-15 liter air bersih. Bahkan ada warga yang harus ke Pacitan untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari

Hingga sekitar tahun 2000, tangki-tangki penjual air mulai masuk ke wilayah tersebut. Namun penyebarannya pun hanya terbatas di jalan yang bisa diakses oleh mobil.

Nasib warga yang tinggal di pelosok masih sama, kesulitan air bersih.

Yudi (39), warga Desa Gendayakan saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/10/2019) bercerita untuk mendapatkan air bersih, warga harus merogoh kocek lebih dalam.

"Harganya sangat mahal. Satu tangkinya dengan kapasitas 6000 liter itu seharga Rp 170.000 sampai Rp 180.000. Biasanya urunan," kata Yudi.

Baca juga: Kekeringan di Gunungkidul, Sumber Air Mulai Habis, Anggaran Menipis

 

3 hari dua malam mencari jelajahi gua vertikal

Sumber mata air ada di gua vertikal di Kecamatan ParanggupitoDok Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito Sumber mata air ada di gua vertikal di Kecamatan Paranggupito
Yudi bercerita keluarnya air dari gua vertikal yang ada di bawah desanya, memberikan kebahagiaan bagi warga sekitar.

"Kami tidak bisa berkata-apa lagi. Bahagia rasanya punya sumber mata air sensiri. Setelah puluhan tahun akhirnya kami tidak kekeringan lagi."

Sementara itu Mohammad Wiyanto, penanggung jawab Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito dari Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga bercerita, butuh proses panjang untuk bisa mendapatkan sumber air yang ada di dalam Goa Jomblang Ngejring.

Baca juga: Cerita Warga yang Kekeringan, Terpaksa Mandi ke Sungai yang Airnya Bercampur Kotoran

Awalnya tim tanggap darurat yang dibentuk pada Agustus 2019 lalu, hanya membantu mendistribusikan air bersih ke masyarakat di wilayah Kecamatan Paranggupito.

Namun tim kemudian memutuskan mencari sumber mata air, agar warga tidak lagi kesulitan air saat musim kemarau yang terjadi setiap tahun.

Dengan memiliki sumber mata air sendiri, warga tidak lagi kesulitan air bersih.

Dibantu Tim Gapadri Mapala Institut Tekhnologi Nasional Yogyakarta, Wiyanto dan warga mulai memetakan potensi air tanah di sekitar desa tersebut.

Baca juga: Kekeringan Melanda Padang, 10.000 Liter Air Bersih Didistribusikan

Sumber mata air ada di kedalaman 180 meter di gua vertikal di wilayah Kecamatan ParanggupitoDok Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito Sumber mata air ada di kedalaman 180 meter di gua vertikal di wilayah Kecamatan Paranggupito

Wiyanto bercerita bahwa rekannya memiliki peta sebaran gua di wilayah Paranggupito, Kemungkinan besar gua tersebut memiliki sumber mata air.

"Masyarakat memberikan informasi ada banyak gua lalu dikonversi dengan peta sebaran gua yang kita punya. Akhirnya kita mengerucut pada satu Gua Jomblang di Dusun Ngejring," kata Wiyanto.

Menurutnya, untuk mengetahui cara apakah gua tersebut memiliki air, satu-satunya jalan hanyalah dengan turun.

Selama ini masyarakat hanya menduga-duga bahwa gua tersebut memiliki sumber air. Hal tersebut dilihat dari lingkungan sekitar gua yang lembab dan pohonnya lebih hijau dibandingkan wilayah lainnya.

Baca juga: Kisah Sunar, Kemudikan Truk Ratusan Kilometer untuk Antar Air Bersih ke Warga Terdampak Kekeringan

Tim tekhnis kemudian turun ke dalam gua untuk mengetahui kondisi gua yang ternyata memiliki kedalaman 180 meter .

"Awalnya juntaian tali 110 meter lalu ditambah 70 meter. Jadi gua vertikal itu memiliki kedalaman 180 meter," jelasnya.

Saat sudah turun ke dalam gua veritikal, tim hampir saja menyerah karena tertutup dinding. Mereka kemudian membersihkan sampah di atasnya dan menemukan sebuah lubang kecil.

Baca juga: Perjuangan Warga Saat Kekeringan, Lewati Bukit, Ambil Air yang Mengalir di Bebatuan

Sedikit demi sedikit mereka menggali lubang tersebut hingga selebar ukuran tubuh manusia

Mereka kemudian turun lagi hingga menemukan aliran air di bawah perut bumi.

"Jadi bukan hanya lagi genangan, tapi ini aliran air. Setelah ditelusuri lagi, tim menemukan sumber mata air dengan besar tampungan panjang 8 meter danlebar 1,5 meter dengan kedalaman 1 meter. ALhamdulilah kita bisa menemukan aliran air itu," jelasnya.

Baca juga: Atasi Kekeringan dan Banjir, Pemkot Semarang Akan Bangun Embung di GunungPati

 

Gandeng tim ahli

Dibantu Tim Gapadri Mapala Institut Tekhnologi Nasional Yogyakarta, warga mulai memetakan potensi air tanah di sekitar Kecamatan ParanggupitoDok Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito Dibantu Tim Gapadri Mapala Institut Tekhnologi Nasional Yogyakarta, warga mulai memetakan potensi air tanah di sekitar Kecamatan Paranggupito
Namun air tersebut tidak serta merta bisa alirkan untuk dikonsumsi oleh warga.

Tim tanggap darurat kemudian mengajak ahli untuk merekayasa konstruksi dalam untuk pemompaan air dan pemipaan air dalam gua agar bisa mengalir keluar.

Selain itu, mereka juga mengambil sampel air untuk uji kelayakan konsumsi.

"Alhamdulilah airnya layak konsumsi dengan PH 7 koma sekian. Konstruksi dalam juga dipetakan oleh ahli," jelas Wiyanto.

Mereka kemudian mulai proses eksplorasi untuk menaikkan air dari dalam perut bumi pada Jumat (4/10/2019) pagi.

Baca juga: Kekeringan Semakin Meluas Pemerintah Gorontalo Tetapkan Status Darurat

Mereka mengawalinya dengan memasang lintasan untuk turun ke dalam gua.

Kemudian warga dan tim mulai menurunkan pipa dan bak air pada Sabtu (5/10/2019).

"Setelah beberapa kali uji coba, akhirnya Senin shubuh air keluar dari mulut goa. Yang kita rasakan euforia luar biasa. Hampir 3 hari 3 malam tim ada di dalam gua. Menangis semua. Yang ada hanya rasa syukur," kata Wiyanto.

Baca juga: Kekeringan Semakin Parah, Warga Bangun Tandon Kolam Terpal

 

Kawasan karst

Wilayah Paranggupito masuk wilayah karts Gunung Seribu yang memiliki gua vertikal dan dalam. Salah satu gua adalah Gua Jomblang Ngejring di Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri 
Dok Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito Wilayah Paranggupito masuk wilayah karts Gunung Seribu yang memiliki gua vertikal dan dalam. Salah satu gua adalah Gua Jomblang Ngejring di Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri
Salah satu keistimewaan gugus karst, menurut Wiyanto adalah banyak gua, baik gua vertikal ataupun horisontal.

Khusus untuk wilayah Paranggupito yang masuk wilayah karts Gunung Seribu, kebanyakan memiliki gua vertikal dan dalam.

Untuk menaikkan air bersih dari perut bumi, Yudi mengatakan tim tanggap darurat melibatkan warga sekitar.

Baca juga: Dilanda Kekeringan Ekstrem, 2 Juta Liter Air Bersih Disalurkan ke Sejumlah Desa di Kulon Progo

"Ada tiga kali tahapan. Yang pertama survei, lalu tim tekhnis datang, dan terakhir tim pemasangan pompa. Sementara air masih ditampung menggunakan tandon air sehingga sudah bisa dimanfaatkan oleh warga," jelasnya.

Sementara itu Wiyanto menjelaskan biaya semua proses hingga air bisa keluar menggunakan dana swadaya dari tim, donatur pribadi, dan masyarakat.

Hingga air keluar dari mulut gua, diperkirakan telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 25 juta.

Baca juga: Gorontalo Alami Kekeringan Gubernur Minta Cadangan Beras Didistribusikan

Warga Desa Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri bergembira saat air di perut bumi berhasil diangkat pada Senin (7/10/2010) shubuh sekitar pukul 04.00 WIB.Dok Tim Tanggap Darurat Bencana Kekeringan Paranggupito Warga Desa Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri bergembira saat air di perut bumi berhasil diangkat pada Senin (7/10/2010) shubuh sekitar pukul 04.00 WIB.

Ia memperkirakan butuh dana sekitar Rp 80 kita untuk pembangunan infrastruktur seperti bak water treatment dan bak untuk distribusi air serta pemipaan.

"Warga sudah banyak yang datang untuk ambil air ke lokasi mulut gua," jelasnya.

Tim berencana untuk mengalirkan air keempat wilayah dusun yang ada di desa tersebut yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari sumber air. Namun dibutuhkan biaya sekitar Rp 350 juta.

"Itu hanya untuk pengadaan pipa. Belum anggaran operasional pengerjaan. Tapi kami akan tetap melakukan ikhtiar," pungkasnya.

Baca juga: Kekeringan 5 Bulan, Puluhan Warga Dusun Ini Bolak-balik Ambil Air dari Satu Sumur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com