Gubuk tua itu peninggalan orang tua dan banyak menyimpan kenangan.
Memang, sejak kecil, dirinya sudah tinggal di gubuk tersebut.
Rumah itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratap seng.
Kondisinya sudah sungguh memprihatinkan. Sebagian dinding sudah lama rusak.
Atapnya juga banyak berlubang. Akibatnya saat musim hujan, nenek Paulina terpaksa mengungsi ke rumah keluarganya yang terdekat.
"Kalau hujan rumah ini bocor. Terpaksa saat hujan saya lari ke rumah keluarga terdekat," kata Nenek Paulina.
"Mau perbaiki rumah ini, uang dari mana. Mau beli beras saja saya susah."
Baca juga: Kisah Yatimin Penderita ODGJ, Dulu Dipasung di Gubuk Reyot, Kini Tinggal di Rumah Dinas Bupati
Sementara itu, Margareta Maria Nita, keponakan Paulina Poing, menuturkan dirinya selalu mengajak nenek Paulina agar tinggal bersama mereka.
Tetapi, nenek Paulina tetap memilih menetap di gubuk reyotnya itu.
“Saya hanya kasih beras, dia sendiri yang masak. Saya ajak dia tinggal dengan saya tapi dia tidak mau," kata Maria.
"Kalaupun mau, itu pun satu dua hari saja. Setelah itu pulang lagi tinggal ke sini. Kalau beras habis, kadang saya yang beli dan antar.”
Baca juga: Kakak Adik Dipasung di Gubuk Sempit di Pedalaman Manggarai Timur