Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik 17 Paus Terdampar di Perairan Sabu Raijua, Dehidrasi hingga Dikubur dengan Ritual Adat

Kompas.com - 15/10/2019, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebanyak 17 ekor paus pilot terdampar di Pantai Koloudju, Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019).

Hari itu juga, tiga ekor paus digiring oleh warga agar kembali ke laut dan 12 ekor paus lainnya masih hidup di pinggir pantai. Sementara dua ekor paus mati.

Semakin sore jumlah paus yang mati terus bertambah. Hingga Kamis sore, dari 17 ekor paus yang terdampar, ada 10 ekor paus yang berhasil diselamatkan.

Baca juga: 17 Paus Terdampar di Perairan Sabu Raijua NTT, 11 Mati

Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke mengatakan enam paus yang masih hidup dievakuasi nelayan dan masyarakat setempat ke tengah laut.

"Kami akan evakuasi ke tengah laut menggunakan kapal nelayan. Namun menunggu air laut pasang,"ujar Nikodemus.

Belasan paus pilot tersebut berukuran 3,40 meter hingga 4,40 meter.

Baca juga: 17 Paus Terdampar di Perairan Sabu Raijua NTT

 

Dikubur dengan ritual adat

Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019)KOMPAS.COM/SIGIRANUS MARUTHO BERE Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019)
Jumat (11/10/2019) siang, masyarakat Desa Menia menguburkan enam paus yang mati terdampar di Perairan Sabu Raijua.

Penguburan paus dilakukan dengan ritual adat dari pukul 10.00 Wita hingga pukul 12 Wita.

Prosesi penguburan diawali ritual adat dipimpin tokoh adat Desa Menia, Dominggus Wila Diabbo dan Markus Ludji Talo.

Masyarakat yang hadir di lokasi penguburan paus mengenakan pakaian adat suku Sabu yang terdiri dari selimut, sarung, dan selendang.

Baca juga: 6 Paus yang Mati di Perairan Sabu Raijua Dikubur dengan Ritual Adat

Ritual adat digelar untuk mengantisipasi jangan sampai malapetaka melanda desa serta kejadian terdamparnya paus tidak terulang kembali.

Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke menjelaskan dari 17 ekor paus yang terdampar, 10 ekor paus berhasil dievakuasi ke laut dalam dan 7 ekor paus mati.

"Sementara yang satu ekornya, sudah telanjur diambil masyarakat setempat, untuk dimanfaatkan minyaknya," ujarnya.

Baca juga: Peristiwa Paus Terdampar dalam Jumlah Banyak Sering Terjadi di Sabu Raijua

Tujuh ekor paus tidak dapat diselamatkan karena keterbatasan sarana dan kondisi perairat surut terendah.

"Paus yang mengalami kematian, disebabkan karena berada terlalu lama di udara terbuka pada saat surut, sehingga diduga dehidrasi dan pada bagian tubuh mengalami luka lecet, akibat benturan pada batu karang pada saat dievakuasi, menunjukan ada kesalahan cara penanganannya,"ungkap Ikram Sangadji, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang.

Baca juga: Ini Penyebab 17 Paus Terdampar di Perairan Sabu Raijua NTT

 

Lintasan jalur paus

Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, NTT, Kamis (10/10/2019).KOMPAS.com/SIGIRANUS MARUTHO BERE Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, NTT, Kamis (10/10/2019).
Peristiwa terdamparnya 17 paus di Perairan Sabu pada Kamis (10/10/2019) bukanlah peristiwa yang pertama.

Pada Senin, 1 Oktoober 2012 ada 46 paus pilot yang terdampar di Desa Deme, Kecamatan Liae, Kabupaten Sabu Raijua.

Kala itu, 44 ekor paus mati dan hanya dua ekor yang selamat.

Selain itu, pada 4 Juli 2018 seekor paus sperma dengan panjang 9,8 meter ditemukan mati terdampar di pantai Desa Halapaji, Kecamatan Liae, Kabupaten Sabu Raijua.

Diawali dengan ritual adat, paus berukuran besar tersebut dikuburkan dekat pantai

Baca juga: Seekor Paus Ditemukan Mati Terdampar di Pulau Kas

Ikram Sangadji, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang mengatakan pola kejadian terdamparnya paus di bagian utara dan selatan Sabu Raijua, hampir sama yaitu paus memasuk kolam air di belakang fringing reef yang terdapat ikan kecil dan plankton.

Menurutnya karakteristik perairan berkarang dan luasnya daerah intertidal yang didominasi oleh tipe fringging reef, memudahkan paus mengalami stranding jika memasuki daerah intertidal pada saat pasang tertinggi.

"Setelah air surut, paus yang berukuran besar ini sulit kembali dan mengalami kekeringan sehingga sebagian tubuh bagian atas berada pada udara terbuka dan terkena sinar matahari sehingga akan mengalami dehidrasi dan kehilangan energi," ungkap Ikram kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) petang.

SUMBER: KOMPAS.com (Sigiranus Marutho Bere)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com