Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

90 Persen Kasus Bunuh Diri akibat Depresi, Pahami Ciri-cirinya

Kompas.com - 14/10/2019, 12:52 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Sebanyak 80-90 persen kejadian bunuh diri berhubungan dengan gangguan mental-emosional terutama depresi.

Jumlah penderita gangguan jiwa pun tinggi.

Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2018 mencatat, angka prevalensi depresi di Indonesia untuk kelompok usia lebih dari 15 tahun sebesar 6,1 persen atau 11.315.500 orang, dan Jawa Barat 2.310.000 orang.

“Mereka harus didampingi, dibantu, bila perlu mendapatkan pertolongan medis,” ujar Kepala Program Pelatihan Residensi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Shelly Iskandar, saat dihubungi Senin (14/1/2019).

Baca juga: “20 Persen Mahasiswa di Bandung Berpikir Serius untuk Bunuh Diri...”

 

Ciri gangguan kejiwaan: bolos kerja hingga prestasi turun

Shelly mengatakan, ada tiga hal yang bisa dijadikan ciri seseorang mengalami gangguan kejiwaan, yakni gangguan keseharian, fungsi pekerjaan, dan sosial.

Pertama, gangguan keseharian. Contohnya dalam hal perawatan diri, apakah orang tersebut mandi terlalu sering atau tidak mau mandi sama sekali.

“Apakah orang tersebut makan terlalu banyak atau tidak mau makan. Bisa juga tidur terus-terusan atau malah tidak mau tidur,” kata Shelly.

Kedua, gangguan fungsi pekerjaan. Orang yang mengalami gangguan mental-emosional biasanya mengalami gangguan fungsi pekerjaan.

Misalnya, bolos kerja, tugas tidak selesai, terlambat masuk, hingga prestasi di sekolah menurun.

Ketiga, gangguan fungsi sosial. Contohnya, menarik diri dan tidak ingin bertemu lagi. Ada pula yang sangat aktif di media sosial tanpa benar-benar bertemu dengan orang yang nyata.

“Jika hal itu (ciri-ciri 3 gangguan) menetap 2 minggu atau lebih, itu gangguan jiwa,” tuturnya.

Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Jiwa dengan Olah Rasa, Cara Cegah Bunuh Diri

 

Ciri gangguan kepribadian: narsis hingga cemas berlebihan

Shelly menjelaskan, ciri gangguan kejiwaan lebih gampang diketahui dibanding orang dengan gangguan kepribadian.

Sebab pada orang gangguan kepribadian, ketiga fungsi tadi tidak terganggu. Orang hanya melihat sikap menyebalkan pada orang itu.

“Contoh yang narsis, itu gangguan kepribadian. Lalu yang cemas menghindar atau orang yang selalu berusaha lari dari masalah, itu gangguan kepribadian,” ungkapnya.

Gangguan kepribadian yang paling susah adalah anti sosial. Namun arti antisosial antara psikiatri dan masyarakat berbeda.

Antisosial secara psikiatri, biasanya orang yang manis banget, mudah berbicara, tapi kerap melanggar aturan, tidak peduli orang lain.

Bahkan, buat mereka, korupsi tidak masalah. Contohnya orang yang psikopat.

Baca juga: Angka Bunuh Diri Tinggi, Baru 9 Persen Penderita Depresi Dapat Pengobatan Medis

Pengobatan medis

Lalu apa yang bisa dilakukan orang sekitar bila menemukan ciri-ciri tersebut. Langkah utama adalah pendampingan.

“Kalau curhat sama teman, memperbaiki pola hidup, kondisinya sudah membaik, ya sudah. Kaya batuk pilek nyobain obat warung sembuh, ngapain ke profesional? Sesederhana itu,” tuturnya.

Namun, jika 1-2 bulan setelah melakukan pendampingan tidak menunjukkan perkembangan, orang tersebut membutuhkan bantuan profesional.

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com