Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Lokalisasi Sunan Kuning yang Ditutup dan Nasib Para Pekerja Seks

Kompas.com - 14/10/2019, 07:32 WIB
Riska Farasonalia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Mendengar nama Sunan Kuning, pikiran yang melekat di benak masyarakat Semarang, Jawa Tengah adalah suatu kawasan sebagai tempat lokalisasi.

Lokalisasi Sunan Kuning memang cukup dikenal sebagai salah satu prostitusi terbesar di Indonesia yang letaknya di bagian barat Semarang, tepatnya di kelurahan Kalibanteng Kulon.

Sebelumnya, lokalisasi ini bernama Argorejo, namun tidak populer di telinga masyarakat Semarang. Sehingga orang lebih beken menyebutnya dengan SK alias Sunan Kuning.

Namun, tak banyak orang tahu bahwa nama Sunan Kuning sendiri adalah nama seorang tokoh ulama penyebar agama Islam di tanah Semarang.

Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Tutup, Jaminan Praktik Prostitusi Punah?

Awal mula berdiri lokalisasi

Lalu bagaimana awal mula berdirinya lokalisasi yang melegenda tersebut sehingga dikenal dengan sebutan SK.

Adakah hubungannya sosok Sunan Kuning dengan kompleks prostitusi terbesar di ibukota Jawa Tengah itu.

Kompas.com berkesempatan menelusuri jejak berdirinya lokalisasi Sunan Kuning yang telah berdiri sejak 15 Agustus 1966 tersebut dengan menemui generasi ketiga pengelola lokalisasi Sunan Kuning, Suwandi Eko Putranto.

Pria yang akrab disapa Wandi ini pun bercerita awalnya lokalisasi Sunan Kuning dibuka dengan tujuan mengumpulkan para wanita pekerja seks (WPS) liar yang menjajakan diri di jalanan di berbagai kawasan di Kota Semarang.

Baca juga: Warga Lokalisasi Sunan Kuning Kecewa Uang yang Dijanjikan Pemkot Semarang Tak Kunjung Diberikan

Kawasan tempat menjamurnya prostitusi tersebut antara lain di sekitar Stasiun Tawang, Bugangan Raya, Sebandaran, Jembatan Mberok, Jalan Stadion, Jagalan, Banjir Kanal Barat, Simpang Lima hingga Karang Kembang.

Atas pertimbangan itu, kemudian melalui SK Wali Kota Semarang Nomor 21/15/17/66, lokalisasi dipusatkan di Sunan Kuning dan diresmikan oleh Wali Kota Semarang Hadi Subeno.

"Waktu itu namanya lokalisasi Argorejo, tapi karena dekat dengan makam Sunan Kuning, masyarakat nyebutnya Sunan Kuning. Dulu yang mengelola dari Pak Camat (Subagyo) selaku Ketua Resos pertama," ujar Wandi.

Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Resmi Ditutup Pemkot Semarang 18 Oktober 2019

Sempat ditutup dan dipindah

Beberapa tahun berjalan sampai akhirnya tahun 1983 sempat ditutup dan dipindahkan ke Jalan Pramuka, Pudak Payung dikarenakan terlalu dekat dengan pusat kota

"Namun, waktu itu warga sekitar Pudak Payung tidak setuju sehingga sebagian warga melakukan protes penolakan hingga berujung kericuhan lantaran bangunan yang sudah berdiri telah dirusak," jelas Wandi.

Alhasil, lokalisasi dikembalikan lagi ke Sunan Kuning sampai akhirnya ditutup lagi di tahun 1993.

Akan tetapi penutupan ternyata tidak menyelesaikan masalah lantaran para WPS memilih berkeliaran menjajakan dirinya di jalanan.

Baca juga: Tak Pernah Tes Kesehatan, Tiga PSK di Sunan Kuning Diciduk

Kemudian atas kebijakan dari Wali Kota Semarang waktu itu, Trisno Suharto, dipusatkan kembali ke lokalisasi Sunan Kuning hingga Wandi menjadi pengelola yang ketiga.

Namun, pada kala itu Pemkot Semarang memiliki pertimbangan lain yakni meminta agar para WPS diberikan pembinaan.

Sehingga lokalisasi Sunan Kuning berubah menjadi tempat rehabilitasi kemudian lantas berganti nama menjadi Resosialisasi Argorejo sejak tahun 2003.

Pekerja seks diberi pelatihan keterampilan

Wandi menjelaskan sejak menjadi resosialisasi, mulai dibuat program pelatihan bagi para WPS antara lain memasak, salon kecantikan dan menjahit.

Bahkan ada pula kegiatan pengajian yang kerap kali digelar dengan mengundang para tokoh agama yang mendukung pengentasan WPS di sana.

"Kami berikan pelatihan memasak, salon kecantikan dan menjahit. Waktu pengajian pun juga ada kotbah untuk menyampaikan siraman rohani kepada mereka," katanya.

Selain itu ada proses screening yang ketat jika pekerja di SK antara lain harus melalui tes kesehatan terutama menjalani tes HIV/AIDS dan mengkampanyekan penggunaan kondom.

"Proses screeningnya ketat. Pekerja juga harus diwajibkan untuk menabung sebagai bekal masa depannya. Disimpan uangnya di koperasi. Sehingga nantinya bisa digunakan waktu mereka kembali ke masyarakat," jelasnya.

Baca juga: 2 Lokalisasi di Kepri Ditutup, 56 PSK Dipulangkan ke Kampung Halaman

Omzet Rp 1 miliar per malam

Wandi mengungkapkan usaha di sekitar resosialisasi yang saat ini memiliki 178 tempat karaoke itu tidak hanya prostitusi saja melainkan ada usaha warung makan, salon, butik, laundry, dan banyak lagi.

"Sebelum ada rencana penutupan lokalisasi omzet bisa mencapai Rp 1 miliar semalam. Sejak itu imbasnya jadi menurun drastis. Bahkan sampai pernah sehari enggak ada pemasukan. Sampai ada tukang cuci yang cerita ke saya sambil nangis-nangis karena penghasilannya berkurang," ceritanya.

Suwandi juga menyebut saat ini ada 448 lebih WPS yang sudah dia anggap sebagai anak asuhnya.

Maka dari itu dia mengaku kecewa ketika akan dilakukan penutupan seluruh lokalisasi di Indonesia.

Baca juga: Fakta Bupati Madiun Tutup Prostitusi Setengah Abad, Datangi 3 Lokalisasi hingga Berikan Pekerjaan

 

Karena sangat berdampak pada berbagai hal, mulai dari ekonomi, psikis, sosial, politik, dan pajak atau retribusi tempat hiburan malam.

Perlu diketahui Pemerintah Kota Semarang akan memastikan menutup lokalisasi Sunan Kuning pada 18-21 Oktober 2019 mendatang.

Namun akan tetap membuka tempat hiburan atau karaoke pada 22 Oktober 2019. 

"Saat ini masih menunggu proses pemberian tali asih dari Dinsos Semarang sebesar Rp 5 juta untuk para WPS. Kita menunggu prosesnya hingga 15 Oktober besok. Kemudian baru dilakukan penutupan 18 Oktober untuk prostitusinya. Lalu 22 Oktober akan dibuka lagi tapi karaokenya saja," jelasnya.

Baca juga: Dolly, Dari Kawasan Eks Lokalisasi Menjadi Kampung Laundry

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com