Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Menelusuri Kematian Janggal Golfrid Siregar Sang Ativis

Kompas.com - 14/10/2019, 07:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


LUKA hanya di bagian kepala. Motor terjatuh dalam kecepatan di bawah 40 km/jam. Ada foto berupa mata yang lebam mirip terkena pukulan.

Tiga hal di atas adalah sejumlah kejanggalan yang mengemuka dalam kematian aktivis HAM yang merupakan pengacara Walhi Sumatera Utara, Golfrid Siregar.

Versi polisi: Korban kecelakaan tunggal

Pernyataan resmi polisi: Golfrid, Sang Aktivis, meninggal karena kecelakaan tunggal. Polisi membuktikan, ada konsumsi Alkohol pada tubuh Golfrid yang masuk sebelum ia mengendarai sepeda motor di malam ia ditemukan terkapar di sebuah terwongan yang bernama Underpass Titi Kuning, di pusat Kota Medan, Sumatera Utara.

"Hasil penyelidikkan dari Investigasi Ilmiah yang dilakukan oleh tim gabungan mulai dari Lantas (lalu lintas), Labfor, Reserse, maka disimpulkan bahwa yang bersangkutan meninggal karena kecelakaan tunggal!" ungkap Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Agus Andriyanto saat konferensi pers, Jumat (11/10/2019), di Kantor Polda Sumut.

Versi Walhi: Ada kejanggalan

Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Utara, Dana Tarigan, mengungkapkan ada sejumlah kejanggalan dalam kematian Golfrid Siregar.

Di antaranya adalah luka parah di bagian kepala, sementara tidak terdapat luka gesekan signifikan.

Asumsinya, jika Golfrid mengalami kecelakaan, ada bagian tubuhnya yang terluka gesek. Bahkan, tidak ada pakaian korban yang robek karena gesekan dengan aspal.

Demikian pula dengan kondisi motor yang tampak nyaris utuh, hanya terdapat gesekan ringan di beberapa bagian.

"Polisi harus serius mengungkap kejanggalan ini, jangan hanya menyimpulkan bahwa korban tewas karena kecelakaan. Ada kejanggalan yang menyertai termasuk ancaman kepada korban sebelum ditemukan terkapar dan tewas," papar Dana Tarigan kepada saya saat mewawancarainya di kantor WALHI Sumut, Kamis (10/10/2019), persis sepekan setelah kejadian.

Atas temuan ini Kapolda Sumatera Utara menyatakan akan tetap melakukan penyelidikan lanjutan, jika ditemukan fakta baru dari kasus kematian Aktivis HAM ini.

Penelusuran AIMAN

AIMAN menelusuri jalan kematian yang dikatakan janggal pada aktivis Golfrid Siregar. Proses penelurusan AIMAN akan ditayangkan lengkap Senin (14/10/2019) pukul 20.00 wib di KompasTV.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah menelusuri tempat di mana Golfrid ditemukan terkapar tak berdaya.

Ada dua hal yang saya lakukan di sana.

Pertama mencari CCTV yang mungkin merekam kejadian saat ia melalui jalan tersebut. Akan tampak dua kemungkinan dalam bayangan saya.

Pertama, jika ada visual yang menggambarkan ia mengendarai sepeda motor, akan tampak bagaimana Helm digunakan atau tidak.

Ini penting karena ditemukan luka parah di bagian kepala saja. Jika ia menggunakan helm dengan benar, mestinya lukanya tidak separah itu.

Jika ia menggunakan helm dengan benar lalu terluka parah di terowongan, maka hampir bisa dipastikan sesuatu terjadi di dalam terowongan, penganiayaan misalnya.

Selanjutnya, jika ia memang tidak menggunakan helm, seperti yang disampaikan Polisi, di mana ia menaruh helm-nya di lengan, maka ada satu pertanyaan: mungkinkah ia tewas terjatuh dari motor dengan kecepatan laju rendah di bawah 40 km/jam?

Segala kemungkinan memang bisa terjadi.

Tapi sayangnya ada banyak CCTV, namun tak ada yang mengarah ke jalan raya. Hanya ada dua CCTV yang mengarah ke Jalan Raya, namun kondisinya rusak sejak sebulan silam.

Alhasil, tak ada satu pun bukti CCTV yang bisa diambil. Setidaknya inilah hasil penelusuran saya di sekitar lokasi kejadian yang ternyata searah dengan hasil penyelidikan Polisi

Kedua, saya menelusuri saksi mata yang melihat kejadian pada kesempata awal. Saya berhasil menemukannya.

Adalah Ramli Lubis yang beberapa saat setelah kejadian sempat melihat kerumunan orang yang ternyata tengah mengerumuni Golfrid Siregar yang terkapar di terowongan Titi Kuning.

Ramli memiliki kios di pinggir jalan. Sejumlah kecelakaan beberapa kali terjadi di depan kiosnya. Kali ini Ramli bingung. Ia tak mendengar suara apapun terkait kecelakaan yang dialami Golfrid, jika itu adalah kecelakaan.

Ia tidak mendengar suara tumbukan motor jatuh, teriakan atau sejenisnya. Ia baru mengetahui ada kecelakaan karena ada banyak kerumunan sejumlah orang yang akhirnya memancingnya keluar.

"Biasanya kalo ada kecelakaan, pasti ada suara yang saya dengar, kali ini tidak!" Kata Ramli kepada saya.

Penyelidikan polisi melalui scientific investigation telah diumumkan. Dugaan sementara yang diumukan polisi adalah kecelakaan tunggal.

Meski besar kemungkinan sulit untuk ditemukan fakta lainnya, jika memang ada. Satu di antaranya adalah CCTV dan saksi yang nihil saat kejadian.

Skeptisisme publik

Yang jelas, wajar jika publik skeptis terhadap kejadian serupa.

Ada sejumlah peristiwa kecelakaan yang hingga kini masih menjadi tanda tanya, meski hasil penyelidikan sudah diumumkan.

Di antaranya adalah kasus tewasnya saksi hhli yang juga pelapor kasus pencurian puluhan arca senilai ratusan miliar rupiah dari Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, 11 tahun silam pada 2008.

Ada persamaannya: tewas menggunakan motor, terjadi pada dini hari, dan luka di bagian vital (leher).

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com