Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BERITA FOTO: 17 Bayi Lahir di Tenda Pengungsian Gempa Ambon, Ada yang Kembar hingga Nama yang Unik

Kompas.com - 14/10/2019, 05:51 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Hingga saat ini ribuan pengungsi korban gempa Ambon masih memilih bertahan di tenda-tenda pengungsian.

Sebagian besar, para pengungsi tersebut mengaku masih trauma untuk kembali ke rumah mereka, pasca-gempa bermagnitudo 6,5 mengguncang Pulau Ambon dan Kabupten Seram Bagian Barat, 26 September 2019 lalu. 

Sementara itu, menurut data di rumah sakit darurat dr Ishak Umarela di lokasi pengungsian Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, ada 17 bayi yang lahir di tenda pengungisan sejak terjadi gempa. 

“Sampai saat ini 17 bayi yang lahir di tenda dan dua bayi meninggal dunia,” kata Kepala Bidang Pelayanan dan Perawatan di Rumah Sakit Darurat dr Ishak Umarela, Hasnawati Rasyid, kepada wartawan di rumah sakit tersebut, Sabtu (12/10/2019)

Dari 16 ibu hamil yang melahirkan, ada salah seorang ibu hamil yang melahirkan bayi kembar, sehingga total bayi yang lahir di lokasi pengungsian desa tersebut berjumlah 17 bayi.

Seorang bayi lahir di tenda darurat di lokasi pengungsian perbukitan Dusun Kelapa Dua, Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Rabu (9/10/2019) foto Sutria SuatratKOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Seorang bayi lahir di tenda darurat di lokasi pengungsian perbukitan Dusun Kelapa Dua, Desa Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Rabu (9/10/2019) foto Sutria Suatrat

Sementara itu, Hasnawati mengatakan, bayi yang lahir dengan selamat itu diberikan nama unik oleh orangtua mereka.

Nama-nama yang diberikan pun identik dengan gempa bumi seperti Gempi, Gempa, hingga Gempita.

“Namanya unik-unik, ada Gempa, Gempi, Gempur, Gempita, Mujahada, Mujahid, dan Abas Orno,” katanya sambil tersenyum.

Menurut dia, sampai saat ini bayi-bayi tersebut masih bertahan bersama orangtuanya di tenda-tenda darurat di lokasi pengungsian itu.

menurut Kepala Bidang Pelayanan dan Perawatan di Rumah Sakit Darurat dr Ishak Umarela, Hasnawati Rasyid, rumah sakit darurat itu telah didirikan di lokasi tersebut saat gempa menguncang Pulau Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) pekan lalu.

“Untuk hari pertama saat 26 September itu, pengungsi yang kita tangani sebanyak 217 orang, itu untuk satu hari saja dari pagi sampai malam,” kata Hasnawati kepada wartawan di rumah sakit tersebut, Sabtu (12/10/2019).

Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno menjenguk seorang bayi yang dilahirkan di lokasi pengungsian di Desa Tulehu, Kecmatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (1/10/2019).KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTY Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno menjenguk seorang bayi yang dilahirkan di lokasi pengungsian di Desa Tulehu, Kecmatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (1/10/2019).

Sementara itu, menurut Hasnawati, rumah sakit darurat tersebut telah didirikan di lokasi saat gempa menguncang Pulau Ambon dan sekitarnya, Kamis (26/9/2019) pekan lalu.

“Untuk hari pertama saat 26 September itu, pengungsi yang kita tangani sebanyak 217 orang, itu untuk satu hari saja dari pagi sampai malam,” kata Hasnawati kepada wartawan di rumah sakit tersebut, Sabtu (12/10/2019).

Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno menjenguk seorang bayi yang dilahirkan di lokasi pengungsian di Desa Tulehu, Kecmatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (1/10/2019).KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno menjenguk seorang bayi yang dilahirkan di lokasi pengungsian di Desa Tulehu, Kecmatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (1/10/2019).

Lalu, untuk jumlah pengungsi rawat jalan yang ditangani di rumah sakit tersebut sejak hari pertama rumah sakit tersebut didirikan hingga saat ini berjumlah 1.180 pasien.

“Itu untuk rawat jalan dari hari pertama sampai hari ini,” katanya.

Adapun untuk pasien yang menjalani perawatan secara intensif sebanyak 229 orang. Ratusan pasien itu sebelumnya ikut dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tersebut.

Sumber: KOMPAS.com (Rahmat Rahman Patty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com