Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anwar, Merintis Usaha Gula Semut Sejak SMA, Kini Miliki Omzet Ratusan Juta Per Bulan

Kompas.com - 14/10/2019, 05:45 WIB
Acep Nazmudin,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Desa Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten, dikenal sebagai penghasil gula semut.

Dari desa ini, puluhan ton gula merah nira berbentuk bubuk, diproduksi setiap bulannya untuk pasokan dalam negeri maupun ekspor.

Adalah Anwar (55) yang menjadi pelopor terkenalnya Desa Hariang sebagai sentra gula semut.

Usaha yang digeluti Anwar sudah berjalan puluhan tahun. Saat dia masih duduk di bangku SMA.

Anwar mengisahkan, dulu saat masih sekolah, dia kerap berjualan gula merah yang masih berbentuk cetakan untuk menambah uang jajan.

Sebagai orang kampung, hidup Anwar tidak berkecukupan. Bapaknya hanyalah seorang pensiunan tentara yang memiliki banyak anak.

Gula yang tidak laku dijual kerap meleleh, hingga dia memutar otak untuk mengakali gula yang sudah tidak berbentuk agar masih bisa dijual.

Pria tiga anak ini pernah mencoba berbagai cara untuk membuat gula tetap awet, hingga ditemukan formula dengan membuat gula lebih halus.

"Saat dihaluskan gula lebih kering, jadi akan awet karena kadar air kurang," kata Anwar saat berbincang dengan Kompas.com di Desa Hariang, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (13/10/2019).

Baca juga: Kisah Bagas, Ubah Trauma Bullying Jadi Dua Novel

Siapa sangka, saat itu gula yang dia haluskan secara manual dengan batok kelapa diminati banyak pembeli.

Hingga akhirnya Anwar lebih serius untuk memproduksi gula semut.

Sebutan gula semut, menurut Anwar, muncul lantaran bentuk gula berupa bubuk dengan tampilan mirip rumah semut. 

Pada awal 1990, Anwar mulai mengajak petani lokal di Desa Hariang untuk membuat gula semut setelah permintaan yang semakin tinggi.

Jumlah petani yang dibina sempat turun naik, Namun, pernah merambah sembilan kecamatan di Kabupaten Lebak.

Di bawah naungan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala, Anwar kini memberdayakan 148 petani dengan luas lahan pohon aren 170 hektar.

Pasarnya juga bukan hanya lokal, tapi sampai mancanegara.

"Mulai ekspor tahun 2014, saat itu ke Australia. Sekarang sudah ke sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Amerika Serikat hingga Jerman," kata Anwar. 

Pada 2020 ini Anwar juga baru menjajaki kerjasama dengan perusahaan asal Korea untuk ekspor gula semut selama lima tahun.

Jumlah yang akan dikirim juga tidak main - main, mencapai belasan ton dalam satu tahun.

Pasar dalam negeri

Saat ini Anwar masih fokus untuk memenuhi pasar dalam negeri.

Dibantu delapan karyawan dan mesin proses yang lebih canggih, Anwar mampu memenuhi permintaan gula semut untuk pasar lokal hingga memasok ke jaringan minimarket sebanyak 10 hingga 20 ton per bulan.

Dari jumlah tersebut, omzet Anwar per bulan dari usaha gula semut mencapai Rp 250 juta. 

Memiliki banyak khasiat

Anwar menyebut semakin hari permintaan gula semut semakin meningkat. Banyak yang percaya bahwa gula semut memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.

Tidak seperti gula putih yang menyebabkan diabetes, gula merah justru mampu mengurangi risiko diabetes.

"Karena khasiat yang dimiliki aren, gula semut ini juga diproses organik, tanpa campuran bahan kimia, pengawet juga cuma dari buah manggis," kata Anwar.

Baca juga: Kisah NOS, Polwan Berpangkat Bripda Diduga Calon Suicide Bomber Kini Telah Dipecat

Selain gula semut original, Anwar juga memproduksi gula semut dengan berbagai macam varian seperti jahe dan kunyit.

Kata Anwar, gula tersebut bisa langsung diseduh dan diminum untuk menyegarkan badan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com