Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hendrikus Mada, Remaja 17 Tahun yang Lumpuh Sejak Lahir dan Butuh Bantuan

Kompas.com - 13/10/2019, 10:07 WIB
Nansianus Taris,
Jessi Carina

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Hendrikus Mada, remaja berusia 17 tahun asal Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Flores, NTT menderita lumpuh sejak lahir. 

Remaja 17 tahun ini adalah anak semata wayang dari pasangan suami isteri Damianus Mada dan Karlensi. Ia lumpuh sejak lahir pada tahun 2002 silam. 

Selama 17 tahun, Hendrikus menghabiskan hari-harinya dengan berbaring dan bersandar di tempat tidur rumahnya.

Lumpuh yang dialami membuat Hendrikus harus menggunakan popok setiap hari untuk buang air kecil dan besar. Popok itu pun tidak selalu tersedia di rumahnya, tergantung rezeki yang dimiliki orangtuanya. 

Jika tidak ada popok, Hendrikus buang air besar dan kecil di tempat tidur kemudian dibersihkan orangtuanya.

Kedua orangtua Hendrikus berprofesi sebagai buruh kasar di kampungnya. 

Baca juga: Mari Bantu Keluarga Sapri yang Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam dan Tak Mampu Sekolahkan Anaknya

"Anak kami ini lumpuh sejak lahir, Pak. Sampai sekarang dia usia 17 tahun pun tetap lumpuh. Dia tidak bisa buat apa-apa selain makan dan tidur," ujar Karlensi, ibundanya Hendrikus kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2019). 

Karlensi menuturkan, ia dan sang suami memang berniat mengobati anak sematang wayang mereka itu ke dokter. Tetapi, lagi-lagi biaya yang jadi kendala. 

Uang hasil kerja harian dia dan suamainya hanya cukup untuk beli kebutuhan rumah tangga. 

"Saya dan suami ini kerjanya buruh harian di orang, Pak. Kami kerja di orang ini untuk beli pampers untuk Hendrikus dan beras kami makan. Jadi untuk bawa Hendrikus ke dokter itu sebatas mimpi. Kami tidak bisa mengobatinya, uang tidak ada," tutur sang ibunda. 

Ia mengungkapkan, sebelumnya mereka pernah mengobati Hendrikus di dukun kampung agar bisa jalan. Tetapi, upaya itu nihil. Hingga kini, Hendrikus berusia 17 tahun tetap lumpuh. 

Meski demikian, ia dan sang suami tidak pernah putus asa merawat anak semata wayang mereka. Keduanya tetap banting tulang untuk menghidupkan Hendrikus. 

Baca juga: Mari Bantu Niccolas, Sekolah Sambil Jualan Es Kucir, Demi Uang Saku dan Bantu Orangtua

"Kami tidak pernah lelah mengurus dia. Hanya memang kasihan juga dia tidak bisa beraktivitas apa-apa sepanjang belasan tahun ini. Sedihnya lagi, kalau kami keluar rumah, ia tinggal sendiri di rumah. Ia sangat susah saat mau makan apalagi mau ke wc," ungkap Karlensi.

Karlensi berharap Pemerintah Kabupaten Sikka dan publik bisa membantu anaknya. Misalnya kursi roda agar Hendrikus tidak terperangkap di kamarnya.

Hendrikus bersama orang tuanya mendiami gubuk yang berlantai tanah, dinding bambu, dan beratapkan seng. Perlengkapan rumah pun serba terbatas.

Saat Kompas.com menyambangi kediaman Hendrikus Mada, ia tengah terbaring lemah di tempat tidurnya ditemani sang ayah dan bunda. Ibundanya tengah mengelus kaki sang anak dengan penuh kasih sayang. 

Tempat tidurnya beralaskan bambu, sak semen, seprai yang lusuh, dan kelambu yang usang. Meski tidak layak, itu merupakan satu-satunya alas tidur yang bisa disiapkan orangtuanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com