Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Agar Bandara YIA Kulon Progo Ramah Bagi Penyandang Disabilitas

Kompas.com - 12/10/2019, 07:32 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Asesmen berlangsung satu hari dan tentu akan ada hasil beragam. “Mereka yang mencatat dan kami yang akan menyediakannya,” kata Pandu.

Baca juga: Pembangunan Bandara YIA Dikebut untuk Melayani Natal dan Tahun Baru

Fasilitas ramah untuk penyandang disabilitas

Terbayang YIA di masa depan. Pandu mengungkapkan bagaimana nanti tunanetra punya jalur secara mandiri hingga mampu check in sendiri, kaum tuna rungu bisa sampai check in sendiri dengan bantuan costumer service yang mampu berbahasa isyarat.

Mereka yang tuna rungu juga tak perlu tertinggal pesawat karena tidak mendengar panggilan. Mereka cukup melihat lampu menyala sebagai tanda waktunya untuk terbang.

Tidak hanya bandara, pihak maskapai hingga ground support diharapkan bisa melakukan hal ini. “Ini yang akan kita gali ilmu ini sebagai bagian dari layanan prima,” kata Pandu.

Baca juga: Per September, Penumpang Bisa Pesan GrabCar di Adisutjipto dan YIA

Bandara YIA berkembang seiring dengan Yogyakarta yang kini menjadi salah satu destinasi wisata utama setelah Pulau Bali.

Keramahan pada penyandang cacat pun menjadi perhatian besar. Setelah bandara, tempat-tempat lain pun di Yogyakarta sebagai tempat ramah bagi difabel akan terus tumbuh, termasuk hotel dan destinasi wisata.

“Amenity destinasi ini akan berpandangan untuk disabilitas juga. Misal perhotelan. Dari sisi PHRI dan ASITA jangan sampai ada hotel tidak ada toilet untuk difabel,” kata Pandu.

“Tapi ini masih awal. Kita perlu pendalaman detil. Kami datangkan semua asosiasi dan Indonesia Caring. Mumpung bandara belum full operation sehingga ada langkah agar semua siap,” kata Pandu.

Baca juga: 66 Penerbangan Domestik Luar Jawa dari Adisutjipto Pindah ke YIA Per Oktober

Perbaikan YIA

Ada fasilitas standar disediakan YIA bagi penyandang disabilitas. Relawan Indonesia Caring, Anggiasari Puji Aryatie mengakui bagaimana fasilitas itu belum sepenuhnya memadai.

Anggiasari, difabel diskondroplasia di mana pertumbuhan badannya tidak berkembang baik akibat gangguan pertumbuhan tulang rawan. Anggia, panggilannya, tidak sampai setinggi pinggang.

Dengan kondisi tubuhnya itu, Anggia mengaku banyak hal yang menyulitkan dirinya, seperti: counter check in yang yang masih terlalu tinggi, toilet khusus difabel yang juga masih terlalu tinggi, tidak ada pijakan tambahan bagi orang seukuran dirinya di ATM, hingga soal sensor pintu otomatis.

“Saya hampir terjelungup ke toilet karena terlalu tinggi untuk saya. Kalau di Halim (Jakarta), ada dua bentuk toilet difabel yakni yang pendek dan normal,” katanya.

Baca juga: Aneka Bencana yang Mengintai Bandara YIA: Tsunami, Likuefaksi, Gempa, hingga Hujan Abu

Menurutnya, peninjauan ini perlu mengingat YIA berniat memberi layanan prima bagi difabel.

Dasarnya adalah agar mereka bisa melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain untuk semua jenis kecacatan.

YIA perlu melakukan sejumlah perbaikan dan penyempurnaan di segala sisi di tengah fasilitas yang cukup lengkap.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com