Karena perekrutnya ditangkap, SA mengaku stres dan tertekan.
Walaupun tidak masuk dalam struktur JAD, SA mengaku pernah berkomunikasi dengan Abu Zee melalui media sosial.
Bukan hanya itu, Abu Zee juga lah yang menikahkan SA dan FD, sebelum mereka tinggal di Menes, Pandeglang, Banten.
Baca juga: Penusukan Wiranto, Pelaku Terpapar Paham ISIS hingga Polri Bantah Kecolongan
"Dia takut, kalau (Abu Zee) tertangkap dia juga khawatir akan tertangkap, maka dia komunikasi lewat pihak istrinya. Dia persiapan (melakukan serangan), menunggu waktu," kata Dedi.
Ia mengatakan, SA berbagi tugas dengan istrinya untuk menyerang Wiranto secara spontan.
"Dia punya harapan, 'Saya ditangkap, saya akan melakukan lakukan perlawanan semaksimal mungkin'," ungkap Dedi.
Baca juga: Kepala BIN Sebut Penusuk Wiranto Anggota JAD Bekasi
Dedi mengatakan, pihak kepoliasian sudah mengintai SA sejak lama, tetapi belum bisa menangkapnya karena SA baru masuk dalam kategori Taklim Khusus.
Setidaknya, terdapat lima tahapan, yakni perencanaan awal, taklim umum, taklim khusus, idat, dan eksekusi penyerangan.
Istilah Taklim Khusus atau tahapan ketiga merujuk pada tahapan orang-orang yang sudah mendapat penilaian cukup kuat dari tokoh perekrutnya, untuk bergabung sebagai simpatisan.
Sementara tahap Idat, atau tahapan keempat, mereka akan dilatih untuk menyerang target, termasuk merakit bom.
Baca juga: Wiranto Sempat Diingatkan agar Tak Datang ke Pandeglang
Ditahap ini lah, polisi sudah bisa menangkap pelaku terorisme.
Jika sudah masuk tahapan terakhir atau tahapan kelima, mereka melakukan persiapan penyerangan dengan sasaran yang telah ditentukan.
"Taklim umum sudah kami lihat (terhadap SA), taklim khusus sudah kami pantau dan belum ada (rencana penyerangan)," kata Dedi.
Baca juga: Polri Bantah Penikaman Wiranto Rekayasa
Dari pemeriksaan polisi, tidak ditemukan tanda-tanda keterkaitan antara keluarga SA dengan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD), jaringan yang diklaim polisi sebagai pemapar paham radikal kepada SA dan istrinya, FA.