Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tobias dan 9 Anaknya, Tinggal di Gubuk Reyot, Jual Jamur untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 11/10/2019, 11:31 WIB
Nansianus Taris,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Bahkan, lebih ironisnya, ada enam anaknya harus putus sekolah karena ketiadaan biaya.

"Mereka berhenti sekolah dan bantu saya dan istri mencari kayu di hutan. Ya, beginilah cara kami agar bertahan hidup," ungkap Tobias.

Tobias menceritakan, selain menjual kayu, salah seorang anak mereka mencari jamur di  hutan untuk dijual. Nama anak itu Paskalis Tehario.

Paskalis berusia delapa tahun dan saat ini masih terus disekolahkan oleh Tobias. 

Bocah delapan tahun itu memilih mencari jamur di hutan agar bisa membantu orangtuanya. Aktivitas itu dilakukan Paskalis setelah pulang sekolah..

"Jamur itu mereka jual Rp 10.000-Rp15.000. Harganya beda-beda tergantung ukuran jamur. Jamur itu pun kadang dapat kadang tidak. Semuanya tergantung rezeki," ujar Tobias.

Ia menyebut, hasil jual kayu dan jamur tersebut langsung beli beras agar anak-anak bisa makan nasi.

"Saya dan istri biar makan pisang atau ubi. Anak-anak kami harus makan nasi. Seperti inilah cara kami bertahban hidup di sini. Kami hanya andalkan kayu dan jamur untuk bisa beli nasi," ungkap Tobias.

Dalam kondisi sulit itu, Tobias tetap berusaha agar anak-anaknya bisa tetap sekolah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com