Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkenalkan Letda Pnb Anisa, Pilot Hercules Wanita Pertama di Indonesia

Kompas.com - 10/10/2019, 17:49 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Menjadi seorang wanita tidak menyurutkan Letda Pnb Anisa Amalia Octavia (25) untuk berkarir di TNI Angkatan Udara.

Dia telah lulus dari Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI Angkatan Udara dan sedang bersiap menjadi co-pilot di Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang.

Anisa bakal menciptakan sejarah baru di Indonesia. Prajurit wanita kelahiran Sleman, 13 Oktober 1994 sebentar lagi akan menjadi wanita pertama yang menjadi pilot pesawat Hercules, sebuah jenis pesawat angkut kelas berat di lingkungan TNI.

Karir Anisa di TNI AU dimulai saat dirinya masuk taruni Akademi Angkatan Udara (AAU) pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2017.

Baca juga: Perkenalkan, Inilah Pilot Wanita Termuda di Indonesia

 

Kemudian dia melanjutkan pendidikan ke Sekoah Penerbang atau Sekbang. Saat itu, Anisa mulai akrab dengan dunia penerbangan.

Saat ini, dia berstatus sebagai siswa transisi untuk menjadi co-pilot Hercules C-130 B/H di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh.

Anisa harus terbang sebanyak 23 kali atau selama 40 jam selama menjadi siswa transisi tersebut. Saat ini, dia sudah terbang sebanyak 12 kali menggunakan pesawat dengan empat mesin itu.

“Saya tidak menyangka juga, saya juga tidak pernah terpikirkan menjadi wanita pertama penerbang hercules. Bangga tapi ada beban moril juga saya dibilang menjadi wanita pertama penerbang Hercules,” katanya saat diwawancara di Skadron Udara 34 Lanud Abdulrachman Saleh, Kamis (10/10/2019).

Baca juga: Vanda Astri dan Impiannya Jadi Pilot Garuda Indonesia yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya fobia ketinggian

Anisa mengaku tidak pernah menyangka bakal menjadi seorang penerbang, apalagi dengan pesawat Hercules.

Sebab, sebelum dia masuk menjadi taruna AAU, dia tidak pernah naik pesawat. Anisa bahkan memiliki fobia ketinggian.

Anisa baru pertama kali naik pesawat saat latihan terjun payung di Bandung. Sebagai siswa taruna AAU, dia harus loncat dari ketinggian 1.500 meter.

“Saya terasa pingsan di empat pertama (empat detik setelah loncat dari pesawat). Kemudian setelah payung mengembang, jadi enak,” katanya.

Baca juga: Cerita Serda Poppy, Penerjun Wanita Pemberani yang Curi Perhatian Warga...

Fobia yang dimilikinya belum hilang. Anisa harus dibuat kaku saat terbang dengan pesawat latih saat aptitude test untuk menjadi siswa Sekolah Penerbang pada tahun 2017.

“Pertama kali terbang itu semua badan saya kaku, di atas (di dalam pesawat) diajak manuver, bolak balik kayak pesawat tempur gitu lah. Untuk melihat seberapa kuat mental saya,” katanya.

“Saya merasakan takut. Karena sebelumnya saya mempunyai fobia ketinggian. Tapi dari atasan mempercayai saya untuk mengawaki pesawat militer TNI AU, akhinya saya lawan rasa takut itu," katanya.

"Merubah mindset saya, fobia saya lawan. Jadi tentara itu bisa karena terpaksa, bisa karena terbiasa, bisa karena perintah.” 

Baca juga: Tingkatkan Kemampuan Pilot, Pesawat Tempur Skadron Udara 12 Latihan Terbang Malam

Dituntut cekatan saat terbangkan Hercules

Setelah 18 bulan menempuh pendidikan di Sekolah Penerbang, Anisa akhirnya ditempatkan di Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh dengan pesawat Hercules.

Diberi kepercayaan untuk membawa Hercules, Anisa akhirnya harus belajar mengenali karakteristik pesawat angkut kelas berat itu sebelumnya akhirnya terbang bersamanya.

“Pertama terbang dengan Hercules pasti ada rasa dekdekan. Pesawatnya besar sekali. Kan ini saya sedang peralihan dari pakai pesawat satu engine, terus hercules ini empat engine. Kan makin banyak engine ini makin berat. Saya pertama kali terbang, badan terasa sakit semua,” katanya.

Anisa mengatakan, handling pesawar Hercules sangat berat karena memiliki empat mesin.

Kedua tangan harus memegang kendali secara bersamaan.

Karena itu, dibutuhkan tenaga yang kuat untuk menjalankan pesawat itu.

“Soalnya harus menggunakan satu tangan untuk control pesawat, satu tangan untuk power. Dua-duanya itu berat semua. Jadi semua badan kita itu bekerja gitu. Saya turun dari pesawat itu, besoknya kayak habis olahraga berat,” katanya.

Baca juga: Kisah Vanda Astri, Pilot Asal Papua Pertama Garuda Indonesia

Sempat dilarang orangtua

Orangtua Anisa sempat khawatir saat dirinya masuk Sekolah Penerbang.

Apalagi, orangtua Anisa termasuk orang yang takut menggunakan transportasi udara. Alasannya adalah takut jatuh.

“Orangtua saya itu pernah bilang, kamu kalau pergi ke mana-mana itu jangan pakai pesawat, pakai darat saja. Takut jatuh orangtua saya,” katanya.

Namun, orangtua Anisa akhirnya menyadari keinginan Anisa yang ingin menjadi penerbang. Orangtua Anisa lantas mendukung karir yang sedang ditempuh anaknya.

“Ibu saya bilang ya sudah saya ridhoi. Ibu sekarang tidak larang kamu jadi penerbang, ibu ridhoi kamu jadi penerbang,” katanya.

Baca juga: Cerita Ayah Martha Itaar, Bangga Putrinya Jadi Pilot Perempuan Garuda Indonesia Asal Papua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com