Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus "Money Games" Skema Piramida PT Amoeba, Satu Orang Ditetapkan Jadi DPO

Kompas.com - 10/10/2019, 12:40 WIB
Ahmad Faisol,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Kapolres Lumajang AKBP Muh Arsal mengumumkan bahwa direktur utama dari PT Wiramuda Mandiri ditetapkan sebagai tersangka dan DPO oleh Tim Cobra Polres Lumajang. 

Dia adalah Suyanto alias Meti, pria berumur 41 tahun dan beralamat di Widoro, Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Penetapan itu dalam kasus "money games" skema piramida yang mana para korbannya diiming-imingi keuntungan hingga Rp 11 miliar. 

Penetapan ini sendiri adalah hasil penyelidikan dari penyidik Tim Cobra Polres Lumajang. 

Tim ini akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa Suyanto adalah penerima uang dari member baru PT Amoeba Internasional.

Baca juga: Pengungkapan Kasus Money Games, Korban Dikurung hingga Dijanjikan Untung Rp 11 Miliar

Dengan demikian, seluruh uang yang didapatkan dari rekrutan baru masuk kedalam rekening yang ia pegang.

"Suyanto lah yang bertanggung jawab ke mana perputaran uang ini bermuara. Suyanto dijadikan DPO (daftar pencarian orang) karena keberadaannya tidak diketahui. Dua kali dipanggil penyidik tapi tidak pernah hadir. Suyanto diketahui bertugas menerima setoran uang hasil rekrutan member baru PT Amoeba Internasional,” ujar Arsal Kamis (10/10/2019).

Dia menghimbau kepada Suyanto, bila bersikukuh bahwa bisnis yang dijalankan tak menyalahi aturan, sebaiknya datang ke Polres Lumajang untuk menjawab pertanyaan penyidik.

Polisi juga mempertontonkan berbagai barang bukti yang berhasil diamankan oleh Tim Cobra saat menggeledah kantor milik PT Amoeba Internasional di Desa Cangkring, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri (3/10/2019) lalu.

Barang bukti seperti laptop, handphone, maupun beberapa dokumen yang sempat berusaha dibakar oleh pihak PT Amoeba Internasional.

Baca juga: Bitcoin adalah Skema Piramida

 

Skema Piramida, anggota baru wajib setor Rp 10 juta

Diberitakan sebelumnya, Polres Lumajang mengungkap kasus money games dengan mekanisme menggunakan sistem skema piramida.

Cara ini dijalankan direksi PT Amoeba International bernama MK (48).

Kapolres Lumajang AKBP Muh Arsal menjelaskan, dari pengakuan MK, PT Amoeba berafiliasi dengan PT Q-Net sebagai induk perusahaan yang menjalankan perdagangan skema piramida. 

Dalam sistem kerjanya, para member baru diwajibkan untuk mencari dua anggota, dan setiap anggota baru tersebut ditugaskan hal yang sama yakni merekrut anggota baru sehingga membentuk sistem binari (piramida), yaitu masing masing kaki kanan dan kirinya akan bercabang terus.

Mereka dijanjikan setiap kelipatan tiga masing-masing kaki kiri dan kanan, akan mendapatkan 250 dolar AS bahkan dijanjikan akan mendapatkan Rp 11 miliar dalam setahun jika bekerja dengan tekun.

Baca juga: Tertipu Investasi Bodong Bahan Bangunan, Ratusan Orang Lapor Polisi

Berawal dari kasus anak hilang

Kepolisian Lumajang menjelaskan sistem kerja Q-NetKOMPAS.com/A. Faisol Kepolisian Lumajang menjelaskan sistem kerja Q-Net
Kasus ini terbongkar setelah polisi mendapat laporan anak hilang. Setelah ditelusuri ternyata anak tersebut bergabung dengan bisnis PT Q-Net di Kota Madiun.

Anak itu diharuskan membayar uang sebesar Rp 10 juta. Para member ini juga selalu dijanjikan untuk bekerja sebagai pendata barang dengan gaji perbulan mencapai Rp 3 juta.

Namun, setelah mereka bergabung, kerja yang dijanjikan tak pernah ada.

"Selanjutnya mereka diperintahkan oleh atasan mereka untuk mencari member baru dengan cara yang sama, yaitu menawarkan pekerjaan sebagai pendata barang dan mendapat gaji Rp 3 juta," kata Kapolres Lumajang AKBP Muh Arsal, Kamis (5/9/2019).

Member baru yang datang akan langsung di-braind wash (cuci otak) dan disuruh untuk membayar dengan nominal yang sama seperti pendahulunya.

Arsal mengatakan, dari pengakuan beberapa korban, ada yang menjual sawah, sapi bahkan ada yang berutang ke rentenir maupun menggadaikan motor untuk mendapatkan uang Rp 10 juta tersebut.

Baca juga: Skema Ponzi, dari First Travel hingga Penipuan Wedding Organizer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com