Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Telur Asin, Penderita Gangguan Jiwa Bisa Berdaya, Tak Lagi Dipasung

Kompas.com - 09/10/2019, 13:40 WIB
Irwan Nugraha,
Khairina

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Salah satu program Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah membina para penderita gangguan kejiwaan untuk dicetak menjadi pengusaha.

Salah satunya usaha telur asin dengan mempekerjakan para penderita sakit jiwa di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.

"Iya, ini merupakan salah satu program Kota Tasikmalaya dalam menangani penderita kejiwaan. Alhamdulillah, di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, kita sudah ada pengusaha telur asin. Semuanya adalah para penderita sakit jiwa yang sudah direhabilitasi sebelumnya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih, Rabu (9/10/2019).

Baca juga: Sebuah Rumah Terbakar di Kalideres, Pemiliknya Diduga Alami Gangguan Jiwa

Ditambahkan Suryaningsih, para penderita gangguan jiwa tersebut sebelumnya banyak yang sudah dipasung oleh keluarganya.

Saat itu, mereka diambil untuk diobati melalui program dari Dinas Kesehatan.

Apalagi, Pemkot Tasikmalaya sudah melakukan kesepakatan dengan dua rumah sakit jiwa (RSJ) di Kabupaten Bandung Barat dan Bogor.

Setelah diobati dan dinyatakan bisa kembali ke keluarganya, Pemkot Tasikmalaya melalui Kecamatan Kawalu bersama unsur Muspika berupaya memberikan pekerjaan layak bagi para penderita.

"Tujuannya saat mereka kembali ke Tasikmalaya dan keluarga, penyakitnya tidak kambuh. Jadi mereka diberikan kesibukan dengan produksi dan usaha telur asin. Ternyata berhasil dan malah menjadikan mereka jadi para pengusaha telur asin," kata Suryaningsih.

Sesuai data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, kata Suryaningsih, terdapat 725 orang penderita di 10 Kecamatan wilayah ini.

Saat ini, baru Kecamatan Kawalu yang berhasil membuka usaha bagi mereka melalui telur asin. Hal ini pun menjadi percontohan bagi kecamatan lain untuk membantu para penderita normal kembali.

"Soalnya, kalau mereka tak diberi kesibukan seperti usaha yang tak terlalu membutuhkan pikiran, mereka akan terasa lagi penyakitnya. Mudah-mudahan, nanti di kecamatan lain bisa dilakukan hal sama," ungkapnya.

Terbatasnya anggaran pemerintah daerah

Suryaningsih mengakui, selama ini programnya belum dilakukan di semua kecamatan karena keterbatasan anggaran.

Anggaran untuk membantu mereka, dari mulai mengambil, merawat, mengobati sampai ke menjadikan normal kembali, membutuhkan anggaran tak sedikit per orang.

Di Kecamatan Kawalu, pembiayaannya selain dari pemerintah dibantu dari warga yang peduli kepada mereka.

"Jujur saja, kalau dari pemerintah saja minim anggaran. Kalau saja semua perhatian dari semua pihak bergerak masif, tentu akan sangat membantu. Kita dari Pemkot Tasikmalaya terus memfasilitasi permasalahan seperti ini," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Relawan Lewati Bukit di Pedalaman NTT Demi Tolong Penderita Gangguan Jiwa yang Dipasung

Sementara itu, Camat Kawalu Kota Tasikmalaya Rusani Jaelani mengaku, pihaknya akan terus membantu para penderita kejiwaan yang notabene telah disisihkan oleh keluarganya sendiri.

Awalnya dirinya bersama Dinkes dan Muspika di Kawalu merasa prihatin karena di wilayahnya banyak sekali penderita yang ditelantarkan keluarganya.

Melalui program Dinkes dan para donatur akhirnya mereka bisa sembuh dan menjadi pengusaha telur asin.

"Kita sekarang ini launching perdana produksi telur asin hasil dari para penderita. Kita akan tingkatkan nantinya sampai memiliki barcode klasifikasi produksi untuk bisa dipasarkan ke swalayan dan toko modern. Selama ini baru dipasarkan di pasar-pasar tradisional," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com