Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Siaga Bencana di Indonesia, Kisah Nyi Roro Kidul hingga Syair Kuno Macapat dan Kayori

Kompas.com - 09/10/2019, 10:22 WIB
Rachmawati

Editor

Kabeh datengke beboyo pepatine ra setitik

Sakdurunge Lindu ono

Yoso wismo kang titi lan permati

Dibakoh ojo gampang rubuh

Tansah siap siogo...

Baca juga: Hari Ini, Peringatan 13 Tahun Peristiwa Gempa Yogyakarta

(Bumi bergetar merusak

Rumah roboh, tanah retak tsunami

Itu yang dinamakan gempa

Penyebabnya ada tiga

tanah anjlog, longsor dan gunung vulkanik

Semua mendatangkan bahaya, tak sedikit korbannya

sebelum ada gempa

Berhati-hatilan dan waspada

diikat jangan sampai rubuh

selalu siap siaga...)

Baca juga: Menurut BNPB, Gempa Aceh Hampir Sama dengan Gempa Yogyakarta 2006

"Tembang-tembang itu untuk mengingatkan dan banyak tembang yang mengajak manusia untuk ingat sangkan paraning dumadi (asal usul manusia)," ujar Kadi.

"Jadi jangan sampai lupa. Kok malah dianggap bidah dan haram. Padahal bidah kalau hasilnya kebaikan itu malah Sunnah, beda kalau hasilnya kejelekan, ya tidak boleh."

Baca juga: HUT ke-263 Yogyakarta, Ini Kisah di Balik Peringatannya Jatuh pada 7 Oktober

 

Palu: Kayori

Panambulu, menyiapkan diri sebelum melantunkan Kayori. BBC News Indonesia Panambulu, menyiapkan diri sebelum melantunkan Kayori.
Panambulu, lelaki berusia 104 tahun, bercerita ia pernah mengalami gempa berkali-kali, tetapi ingatan itu samar.

Dia salah satu 'orang tua' yang masih bisa melantunkan Kayori, syair khas Palu yang juga merekam kejadian-kejadian di masa lampau.

"Ada semua cerita (tentang bencana alam) dalam Kayori, termasuk cerita orang tua kami," kata Panambulu dalam bahasa Kaili yang diterjemahkan kepada wartawan BBC News Indonesia Silvano Hajid.

Baca juga: Setelah Setahun, Dana Hibah untuk Korban Gempa Palu Baru Cair

Panambulu memulai Kayori dengan bahasa Kaili, dua bait terjemahannya berbunyi seperti ini "kalau ada salah kita di dunia pasti gempa lagi, gempa ini dari perilaku kita di dunia bila kita tidak sesuai dengan adat kita akan ada lagi gempa."

Kemudian petikan bait lain "Kalau kita di dunia ini berbuat dosa akan ada air laut naik. Ada laut naik dahulu," Kayori begitu cepat dilafalkan Panambulu.

Baca juga: Korban Gempa Palu dan Bom Gereja Oikumene Samarinda Diprioritaskan Terima Beasiswa

Setahun setelah bencana likuefaksi di Petobo. BBC News Indonesia Setahun setelah bencana likuefaksi di Petobo.

"Dahulu air naik, tetapi kami tidak ke atas (bukit), tetap di rumah" kata Panambulu ketika ditanya tentang bencana alam yang terjadi sepanjang hidupnya.

Kayori juga menjadi bagian penting dalam penelitian, seorang arkeolog di Palu, Iksam Djorimi.

"Sampai kejadian tahun lalu di Palu, Sigi dan Donggala, hanya sedikit orang yang mengetahui tentang pesan-pesan lokal ini," kata Iksam.

Menurut Iksam, tidak semua orang mengetahui bahasa Kaili, apalagi suku-suku di Sulawesi Tengah juga tidak memiliki aksara, sehingga Kayori hanya diketahui oleh komunitas tua Kaili.

Baca juga: Setahun Gempa Palu: Kami Yakin Anak Kami Pasti Kembali...

Nenek moyang orang Kaili di Palu memiliki istilah Nalodo, yang artinya ambles atau dihisap lumpur, selain itu terdapat pula istilah Nalonjo, yang artinya berawa atau berlumpur.

Pada 28 September 2018, Nalodo kembali terjadi.

"Sebelum tahun 1980, tidak ada yang berani membangun hunian di sana (Petobo, Balaroa dan Jono Oge), masyarakat Kaili tahu bahwa daerah-daerah itu rawan bencana, bahkan mereka tidak berani berkebun di lokasi itu," tambahnya.

Baca juga: Pemerintah Berencana Bangun 12.000 Rumah Tahan Gempa di Palu dan Lombok


Banten: Desa Sindang Laut, batu karang raksasa di Anyer

Batu-batu karang raksasa adalah penanda bahwa tsunami pernah mencapai daerah itu. BBC Indonesia / Callistasia Wijaya Batu-batu karang raksasa adalah penanda bahwa tsunami pernah mencapai daerah itu.
Hampir satu pekan sebelum Gunung Krakatau meletus pada 1883, matahari tak nampak. Langit terus menerus gelap, seakan gelisah menanti bencana datang.

Saat akhirnya gunung itu meletus, sebuah peristiwa yang disebut sebagai salah satu bencana terdashyat di dunia, air laut pun naik dan menghantam perumahan di sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com