Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Tanggap Darurat di Wamena Sudah Lewat, Wiranto: Tidak Perlu Kembali ke Daerah Masing-masing

Kompas.com - 09/10/2019, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

"Harapan kami ke depan pemerintah daerah memfasilitasi bagaimana supaya dia (kami) bisa bersama kembali, akur kembali semuanya seperti dulu."

Hingga 6 Oktober 2019, 1.726 orang masih mengungsi di sejumlah titik di Wamena. Mereka adalah warga yang tempat tinggalnya rusak akibat kerusuhan yang terjadi.

Sementara itu, lebih dari 15.000 orang lainnya keluar dari Wamena dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU dan sejumlah penerbangan komersial.

Baca juga: Seluruh Pengungsi Asal NTB di Wamena Dipulangkan ke Kampung Halaman


Masa tanggap darurat sudah lewat

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jayawijaya, Papua, Daulat Siregar, mengatakan bahwa masa 14 hari tanggap darurat sudah berakhir sejak Senin (7/10/2019).

Menurutnya, berbagai aktivitas warga sudah mulai kembali normal.

"Fasilitas-fasilitas umum hingga saat ini berjalan seperti biasa, kami baru mencoba untuk sekolah-sekolah sudah mulai buka kemarin, layanan kesehatan berjalan seperti biasa, walaupun masih banyak petugas-petugas yang jauh dari kota itu belum ada di tempat," jelas Daulat kepada BBC News Indonesia, melalui sambungan telepon, Selasa (8/10/2019).

Baca juga: Pangdam Cenderawasih Sebut Sudah Tak Ada Lagi Warga Eksodus dari Wamena

Warga yang sebelumnya mengungsi di berbagai tempat di Wamena pun dikatakan sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing, kecuali mereka yang rumahnya rusak atau terbakar - mereka akan dibuatkan rumah-rumah darurat sembari menunggu perbaikan tempat tinggal mereka.

"Warga yang tidak ada terdampak, terutama rumahnya masih utuh, itu sudah kembali semuanya," ujarnya.

Kondisi yang mulai tampak normal pun diamini Doni - bukan nama sebenarnya, warga asli Papua yang tinggal di pinggiran kota Wamena.

"Sebenarnya sudah normal, aktivitas sudah mulai jalan mulai hari Senin kemarin," kata Doni.

"Aktivitas perekonomian juga sudah jalan, cuma warga di pinggiran kota ini sepertinya belum mau masuk ke kota. Warga aslinya seperti tidak kelihatan, tidak seperti biasanya. Ada, tapi hanya beberapa saja, satu dua."

Baca juga: Pembangunan Fasilitas Rusak di Wamena Libatkan TNI, Ini Alasannya

Dua orang personel Brimob melakukan patroli di Wamena, Papua, Selasa (8/10ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/ama Dua orang personel Brimob melakukan patroli di Wamena, Papua, Selasa (8/10

Meski menurutnya hubungan warga setempat dengan pendatang sudah mulai sejuk, warga lokal memilih menghindari pusat kota yang masih dijaga ketat aparat.

"Karena mereka (aparat) berjaga-jaga di hampir semua sudut."

Doni berpendapat, masyarakat asli Papua merasa tidak nyaman dengan kehadiran aparat keamanan yang masif seperti saat ini.

"Aparat ini kan kalau terjadi apa-apa di Wamena atau di Papua ini kan selalu melindungi warga yang bukan warga Papua, warga pendatang yang dilindungi. Jadi setiap kejadian begini, warga asli Papua tetap merasa was-was terhadap aparat keamanan," bebernya.

Baca juga: Cerita Mencekam Warga Banten di Wamena, Menunggu 6 Hari untuk Dievakuasi ke Jayapura

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com