Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mencekam Warga Banten di Wamena, Menunggu 6 Hari untuk Dievakuasi ke Jayapura

Kompas.com - 07/10/2019, 20:37 WIB
Acep Nazmudin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SERANG, KOMPAS.com - Salah satu warga Banten yang bermukim di Papua, Muntaal (42), menceritakan detik - detik kerusuhan pecah di Wamena pada 23 September 2019 lalu.

Dia bercerita, saat Kerusuhan pecah, dikira hanya tawuran antar pelajar biasa. Saat itu, hari Senin pukul 09.00 WIT, Muntaal akan berangkat bekerja.

"Tanggal 23 September, hari Senin, saya mau berangkat kerja, saya lihat ada tawuran pelajar, saya kira efeknya tidak lama hanya tawuran pelajar biasa, tapi ternyata banyak bakar - bakar di wilayah tersebut," kata Muntaal kepada wartawan di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten, Senin (7/10/2019).

Muntaal mengatakan, kerusuhan terjadi di sekitar kos - kosannya di dekat kantor Bupati Jayawijaya, Wamena. Tidak jauh dari sana juga terdapat Kodim 1702 Jayawijaya.

Baca juga: Masih Ada Guru Trauma di Wamena, Pemprov Papua Beri Waktu untuk Pulihkan Diri

Saat kerusuhan semakin memanas, Muntaal bersama warga lain, menyelamatkan diri ke Gedung Kodim. Bukan hanya warga pendatang, tapi juga banyak warga lokal.

Selain Kodim, kata Muntaal, banyak warga lain yang juga mengungsi ke Polres, Gereja dan Masjid.

6 hari di pengungsian, informasi simpang-siur

Muntaal berada di pengungsian Kodim selama enam hari sebelum dievakuasi oleh aparat ke Jayapura.

Selama enam hari berada di pengungsian, kata Muntaal, informasi soal apa yang terjadi di Wamena, simpang siur.

Namun yang pasti, kata dia, seluruh warga di pengungsian dilanda ketakutan, semua ingin keluar dari Wamena, namun terkendala lantaran akses keluar kota terbatas hanya bisa melalui udara.

"Diperkirakan evakuasi akan selesai dalam dua hari pakai Hercules TNI, tapi diprioritaskan anak - anak dan perempuan, hingga saya kebagian giliran hari keenam," kata Muntaal yang berkerja sebagai teknisi parabola di Wamena ini.

Baca juga: Sekitar 500 Pengungsi dari Wamena Tiba di Makassar

Muntaal kemudian dievakuasi ke Jayapura dan bergabung dengan para pengungsi lain dari seluruh Papua.

Hingga kemudian ditemukan oleh tim penjemput warga dari Provinsi Banten dan berhasil pulang ke kampung halaman di Ciruas, Kabupaten Serang, Minggu (6/10/2019).

Ingin kembali ke Wamena

Saat ditanya apakah akan kembali ke Papua, Muntaal mengaku akan melihat situasi terlebih dahulu. Dan mempertimbangkan untuk kembali jika sudah kondusif. 

Sebanyak 30 warga Banten yang berada di Papua sudah berhasil dievakuasi. Kepulangan mereka disambut langsung oleh Wahidin Halim di Pendopo Gubernur Banten, Kota Serang, Senin (7/10/2019).

Plt Kepala BPBD Provinsi Banten, yang memimpin tim penjemputan warga Banten di Papua mengatakan, hingga saat ini sudah terdata 42 warga Banten di Papua. Namun yang sudah pulang baru 30 orang.

"28 orang dipulangkan pada Minggu 7 Oktober, ditambah dua sisanya pulang mendahului, jadi total 30 yang sudah tiba di Banten," kata Kusmayadi.

Baca juga: Pengungsi Kerusuhan Wamena Siap Kembali jika Aman dan Rumah Dibangun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com