Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengungsi Gempa Ambon, Takut Kembali ke Rumah hingga Tinggal Terpencar di Gunung

Kompas.com - 07/10/2019, 05:45 WIB
Rachmawati

Editor

"Rumah sakit itu sudah dikosongkan karena di pesisir. Jadi dipindahkan sementara ke halaman Universitas Darussalam".

Baca juga: Korban Gempa Maluku Keluhkan Penyaluran Bantuan yang Tak Merata, Ada yang Sampai Berkelahi

Sementara untuk distribusi logistik, masih terhambat karena jalanan tertutup puing bangunan. BPBD pun khawatir, makanan tidak mencukupi karena pengungsi yang membludak.

"Kesulitannya membagi kepada pengungsi-pengungsi yang rumahnya sebetulnya tidak rusak tapi ikut mengungsi itu."

"Makanya selama tanggap darurat ini, kita berupa memulangkan warga yang bukan pengungsi, supaya penanganan efisien."

Baca juga: Satu Pengungsi Gempa Maluku Kembali Melahirkan di Tenda Darurat


BMKG: 1.017 kali gempa susulan

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebut hingga Kamis (4/10/2019) pukul 13.00 WIB, terjadi 1.017 kali gempa susulan dengan magnitudo antara 2,5 sampai 3,5.

"Jadi sejak gempa utama berkekuatan 6,5 skala richter itu, ada gempa susulan tapi frekuensinya menurun. Kalau di hari gempa utama itu, terjadi 224 kali gempa. Tapi esoknya turun jadi 214. Sampai kemarin ada 69 kali gempa susulan," jelas Daryono kepada BBC Indonesia.

Seribuan kali gempa susulan itu, menurutnya, wajar karena patahan Sesar Waka "sedang mencari kesetimbangan untuk kembali ke posisinya yang stabil".

Baca juga: Sedang Merebus Air Saat Gempa Susulan, Rumah Ati Ludes Terbakar

BMKG, katanya, tidak bisa memprediksi sampai kapan gempa susulan ini terjadi. Yang pasti, masih akan berlangsung.

"Ini kan menunggu stabil."

Catatan BMKG, Sesar Waka yang berada di Kecamatan Kairatu, Pulau Seram, menjadi daerah rawan karena diduga memicu tsunami besar pada tahun 1674. Lalu terjadi lagi pada tahun 1899, 1899, dan 1978.

"Jadi keberadaan sesar mendatar Waka ini menjadi informasi penting terkait sumber gempa-tsunami masa lalu di Ambon dan Seram."

"Sehingga masyarakat yang tinggal di pesisir, jika ada gempa harus meninggalkan pantai. Karena bisa jadi sumbernya dekat pantai."

Baca juga: Saat Badai dan Hujan Lebat, Pengungsi Gempa Melahirkan Tanpa Bantuan Medis di Gubuk Reyot

Lembaga ini juga menyarankan warga yang tinggal di daerah pesisir, agar tidak membangun tempat tinggal dekat bibir pantai. Minimal, katanya, jarak 300 meter.

"Kalau ada limpahan tsunami, masih bisa selamat."

Lebih jauh, ia mengatakan, warga yang rumahnya retak, agar mengungsi. Sementara yang tempat tinggalnya tidak rusak, disarankan pulang.

"Kan sudah diuji gempa utama. Kalau rumahnya kokoh, jangan mengungsi. Kembali ke rumah. tapi kalau retak-retak, dan terjadi gempa susulan bisa roboh."

"Masyarakat juga harus tenang dan waspada, karena frekuensi gempa susulan mengecil. Jangan percaya berita bohong tentang ramalan tsunami."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com