Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengungsi Gempa Ambon, Takut Kembali ke Rumah hingga Tinggal Terpencar di Gunung

Kompas.com - 07/10/2019, 05:45 WIB
Rachmawati

Editor

"Hanya bisa dibawa cuma piring sedikit, pakaian sedikit. Televisi jatuh tertimpa bangunan."

Baca juga: Bangun Hunian Sementara untuk Korban Gempa, Pemprov Maluku Minta Dukungan DPD

Yang bikin jengkel, sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah ke pengungsi.

"Seng (tidak) ada yang turun tangan sampai sekarang. Relawan saja, dari pemda seng (tidak) ada."

Penolakan serupa juga disampaikan Siti Surialesi. Rumahnya di Negeri Liang tak bisa lagi dihuni dan semua perabotan rumah tangga hancur. Ia pun masih trauma karena setiap hari digoyang gempa.

"Setiap hari ada goncangan, kalau turun katong mau tinggal dimana? Rumah seng layak dihuni. Kalau di tenda, banyak orang jadi katong seng takut."

Baca juga: Pemprov Maluku Perpanjang Masa Tanggap Darurat Bencana Gempa

 


BPBD: sulit mendata pengungsi yang terpencar di gunung

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku mencatat hingga Rabu (3/10/2019) malam, 34 orang meninggal dan 163 jiwa luka-luka.

Adapun jumlah pengungsi mencapai 108.313 orang yang berasal dari tiga kabupaten terdampak paling parah, yakni di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kota Ambon.

Ketiga daerah itu, kata Pusat Pengendalian Data dan Informasi BPBD Provinsi Maluku, Herry Latuheru, dekat dengan pusat gempa.

Ia juga mengatakan, pendataan pengungsi belum valid karena lokasinya terpencar di gunung-gunung. Selain itu, hampir semua warga yang rumahnya tidak rusak, ikut mengungsi. Itu yang membuat jumlah pengungsi membludak.

Baca juga: BPBD: Hoaks Tsunami Picu Bertambahnya Jumlah Pengungsi Gempa Maluku

"Ada dua kategori pengungsi, yang pertama mengungsi karena ketakutan dan panik dan pengungsi yang betul-betul rumahnya terkena langsung," ujar Herry Latuheru kepada BBC Indonesia.

"Jadi banyak yang mengungsi karena merasa tidak aman dan panik. Tercatat sampai saat ini sudah seribu lebih kali gempa susulan," sambungnya.

"Itu yang membuat warga panik dan takut kembali ke rumah."

Karena itulah, pemerintah melalui Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto sempat meminta pengungsi agar kembali ke rumah sebab situasi diklaim sudah aman.

"Diharapkan masyarakat bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi besaran pengungsi, pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," kata Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam, Senin (30/9/2019).

Baca juga: Satu Pengungsi Korban Gempa Maluku Meninggal Dunia di Tenda Darurat

Tapi pernyataan Wiranto itu belakangan dikecam. Dalam sebuah surat, warga yang menamakan diri Keluarga Besar Masyarakat Maluku mengatakan: "Bahwa pernyataan Bapak Wiranto tidak hanya menghina kami, yang dikesankan merepotkan negara, karena kami yang sedang tertimpa masalah."

Belakangan, pada Jumat (4/10/2019), Wiranto minta maaf.

"Dalam kesempatan ini, saya sampaikan bahwa kalau ada ucapan dan kalimat yang saya sampaikan, apabila dirasa mengganggu masyarakat Maluku dan menyakiti hati dan sebagainya, itu pasti bukan karena saya sengaja untuk menyakiti hati dan menyinggung perasaan masyarakat Maluku. Tapi kalau ada yang tersinggung dan sakit hati, secara tulus saya minta dimaafkan," katanya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Kepulauan Aru Maluku, Warga Berhamburan ke Jalan


Fasilitas umum ikut terdampak

Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Berdasarkan data BMKG, gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,5 SR tersebut akibat aktivitas sesar aktif lokal. ANTARA FOTO Suasana bangunan Pasar Apung Desa Tulehu yang roboh akibat gempa bumi di Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Berdasarkan data BMKG, gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,5 SR tersebut akibat aktivitas sesar aktif lokal.
Masa tanggap darurat gempa diberlakukan selama 14 hari dan berakhir pada 9 Oktober nanti. Herry Latuheru juga menjelaskan, setidaknya 6.184 rumah rusak, beberapa di antaranya gedung kampus, sekolah, jembatan, kantor milik pemda, pelabuhan, dan rumah ibadah juga

Ada pula, Rumah Sakit Tulehu milik pemda di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, dikosongkan karena ikut terdampak. Apalagi lokasinya di wilayah pesisir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com