Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Bocah 12 Tahun Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Jalani Ritual Dikubur Separuh Badan

Kompas.com - 05/10/2019, 06:56 WIB
Rachmawati

Editor

3. Tidak tega

Baik Hamzah ataupun Latifah, awalnya mengaku tidak tega mengurung anaknya. Namun, mereka berpikir, dengan cara mengurung, lebih banyak dampak positifnya dibanding mudaratnya.

Hamzah dan Latifah mengaku bisa tenang mencari nafkah untuk membiayai hidup ketiga anaknya yang lain.

"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami. Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.

Baca juga: Sebelum Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Bocah 12 Tahun Ini Sempat Dikubur hingga Terapi

 

4. Ritual dikubur separuh badan

Efendi (12) penyandang kelainan mental pernah dikubur hidup-hidup oleh ayahnya, Hamzah (40) sebagai bagian dari ritual penyembuhan.

Hamzah mengatakan Efendi dikubur atas petunjuk salah satu guru spiritual asal Kalimantan Barat.

Penguburan itu dilakukan bertepatan dengan hari Jumat Legi di depan rumahnya.

Namun, upaya penyembuhan melalui ritual itu tidak ada hasilnya.

Mereka tidak berhenti mencari kesembuhan untuk anaknya dan mendatangi guru spiritual lainnya di Malang.

"Petunjuk guru yang di Malang diminta agar dirawat seperti biasanya saja. Sebab, kelak saat dewasa akan menjadi guru spiritual yang banyak didatangi orang," kata Hamzah.

Baca juga: Ibu Jabat Wali Kota, Anak Diangkat Sebagai Ketua DPRD

 

5. Tidak punya BPJS

Ilustrasi BPJS KesehatanKompas.com/ Luthfia Ayu Azanella Ilustrasi BPJS Kesehatan
Bidan desa setempat pernah mengajak Hamzah dan istrinya untuk mengobati Efendi ke rumah sakit dengan biaya gratis, asalkan memiliki kartu BPJS.

Namun ternyata Efendi tidak masuk dalam daftar anggota keluarga hingga lambat mendapatkan pengobatan.

Saat ini nama Efendi sedang diproses agar bisa masuk ke dalam kartu keluarga sebagai syarat mendapatkan BPJS.

"Saat di rumah sakit, dokter hanya bilang ada gangguan saraf. Tapi kami tidak diberi obat dan hanya diminta terapi ke rumah sakit secara rutin," ungkap Hamzah.

Baca juga: Nenek yang Jual Sendok untuk Makan Tak Pernah Dapat Raskin dan Tak Punya BPJS

Menurut Latifah, terapi hanya sekali dilakukan ke rumah sakit. Alasannya, keluarga tidak punya biaya untuk bolak-balik dan tidak kendaraan yang akan mengantarkan.

"Jadi kami rawat apa adanya saja. Ke guru spiritual sudah. Ke rumah sakit sudah. Biarkan dikurung saja," terang Latifah.

SUMBER: KOMPAS.com (Taufiqurrahman)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com