Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 12 Tahun yang Dikurung di Bekas Kandang Ayam Pernah Dikubur Separuh Badan

Kompas.com - 04/10/2019, 20:18 WIB
Taufiqurrahman,
Khairina

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Moh. Efendi (12) bocah asal Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan yang kini dikurung di bekas kandang ayam karena menderita kelainan mental, pernah dikubur hidup-hidup oleh ayahnya, Hamzah (40).

Namun, penguburan itu hanya separuh badan saja untuk ritual penyembuhan atas penyakit yang dideritanya sejak lahir.

Moh. Hamzah kepada Kompas.com saat ditemui di kediamannya, Jumat (4/10/2019) menjelaskan, Efendi dikubur atas petunjuk salah satu guru spiritual asal Kalimantan Barat.

Baca juga: Ini Alasan Bocah 12 Tahun Dikurung Orangtua di Bekas Kandang Ayam

Penguburan itu dilakukan bertepatan dengan hari Jumat Legi di depan rumahnya.

"Efendi pernah dikubur separuh badan di depan rumah karena petunjuk guru spiritual," ujar Hamzah.

Namun, upaya penyembuhan melalui ritual itu tidak ada hasilnya.

Hamzah bersama istrinya Latifah (36) tidak patah arang. Keduanya masih berupaya lagi mencari petunjuk ke guru spiritual lainnya. Salah satu yang didatangi di Kota Malang.

"Petunjuk guru yang di Malang diminta agar dirawat seperti biasanya saja. Sebab, kelak saat dewasa akan menjadi guru spiritual yang banyak didatangi orang," kata Hamzah.

Hamzah dan istrinya mulai putus asa untuk mengobati anaknya. Sebab, secara fisik kondisi tubuh anaknya tidak ada penyakit.

Efendi hanya tidak bisa berdiri, tidak bisa berbicara dengan bahasa orang normal dan tidak tuli. Sehingga, Efendi dirawat apa adanya di dalam kurungan.

Bidan desa setempat pernah mengajak Hamzah dan istrinya untuk mengobati Efendi ke rumah sakit dengan biaya gratis, asalkan memiliki kartu BPJS.

Baca juga: Miris, Bocah 12 Tahun Ini Dikurung di Bekas Kandang Ayam, Tanpa Busana

Ajakan itu gagal karena Efendi tidak masuk dalam daftar anggota keluarga. Sehingga, proses memasukkan nama Efendi ke dalam kartu keluarga, memperlambat proses pengobatan.

"Saat di rumah sakit, dokter hanya bilang ada gangguan saraf. Tapi kami tidak diberi obat dan hanya diminta terapi ke rumah sakit secara rutin," ungkap Hamzah.

Menurut Latifah, ibu kandung Efendi, terapi hanya sekali dilakukan ke rumah sakit. Alasannya, keluarga tidak punya biaya untuk bolak-balik dan tidak kendaraan yang akan mengantarkan.

"Jadi kami rawat apa adanya saja. Ke guru spiritual sudah. Ke rumah sakit sudah. Biarkan dikurung saja," terang Latifah.

Efendi dikurung di bekas kandang ayam, karena bisa menghilang dari rumahnya dengan cara merangkak. Hal itu terjadi saat kedua orangtuanya bekerja di luar rumah. Pernah suatu ketika, Efendi hilang dan ditemukan di pinggir sungai dan di pinggir hutan sampai malam hari. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com